KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir kuartal I-2024, jumlah emiten yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih sepi. Per Senin (11/3), sudah ada 19 emiten anyar dengan dana yang dihimpun Rp 3,45 triliun. Dalam catatan Kontan.co.id, dari 19 emiten baru yang
listing di BEI tahun ini, ada dua emiten saham yang berada di level Rp 50 per saham. Yakni, PT Asri Karya Lestari Tbk (
ASLI) dan PT Griptha Putra Persada Tbk (
GRPH). Adapun ASLI tercatat di papan utama dengan memasang harga IPO di Rp 100 per saham. Sementara GRPH menetapkan harga penawaran umum perdana di level Rp 103.
Baca Juga: Ini Strategi Homeco Victoria Makmur (LIVE) untuk Kejar Target Kinerja Pada 2024 Jika dilihat dari imbal hasilnya alias
return, ada delapan emiten yang terjun dari harga IPO. Saham PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk (
MPIX) menjadi saham yang paling jeblok kinerjanya sebesar minus 63,81%. Disusul saham PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (
BAIK) yang ambles 60,43% menjadi Rp 110 per saham. Kemudian ada saham PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) yang anjlok 56,21% ke Rp 148 per saham. Bahkan CGAS menjadi satu-satunya emiten pendatang baru yang masuk ke papan pemantauan khusus karena terkena suspensi lebih dari satu hari bursa. Ini sehubungan dengan penurunan harga yang signifikan pada harga saham CGAS. Seperti diketahui, CGAS resmi masuk ke papan pemantauan khusus pada 4 Maret 2024. Padahal, emiten distributor gas alam ini baru resmi melantai di BEI pada 8 Januari 2024.
Baca Juga: Julo Tetap Bersiap IPO, Meski TWP90 Mendekati Ambang Batas 5% William Hartanto, Pengamat Pasar Modal & Founder WH Project menyarankan investor sebaiknya menghindari saham-saham yang anjlok itu karena mengalami tren penurunan yang mengindikasikan minimnya minat pasar. "Ini mencerminkan minat pasar yang sudah sangat sedikit. Saham yang tidak diminati sebaiknya
wait and see sampai ada indikasi terbentuknya tren baru," ucap dia kepada Kontan.co.id, Selasa (11/3). Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menimpali, penurunan harga saham para pendatang baru itu juga minim katalis positif karena euforia IPO sudah hilang. Selain itu, faktor yang menjadi penekan adalah minimnya aksi korporasi yang dilakukan emiten-emiten ini. Misalnya, seperti wacana pembagian dividen, biasanya mampu menjaring minat investor untuk membeli saham. Kemudian faktor fundamental para emiten yang kurang optimal yang berkaitan dengan sentimen yang berkaitan dengan masing-masing sektor. Seperti, era suku bunga tinggi yang berdampak pada emiten teknologi.
Baca Juga: IPO Dunia Virtual Online (AREA), Ekuitas Menggelembung Bikin Valuasi Tampak Murah Di sisi lain, ada 11 emiten yang berhasil memberikan imbal hasil positif. Dua diantaranya, PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (
NICE) dan PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk (
MKAP) yang berhasil melejit
triple digit. Harga saham NICE melesat 122,60% dari harga IPO di Rp 438 per saham menuju Rp 975. Sementara, MKAP berhasil menguat 106,69% menjadi Rp 238 per saham dari harga penawaran saham perdana di Rp 115. Meski mengalami kenaikan signifikan, tetapi Nafan menyarankan investor untuk
trading jangka pendek. Ini mengingat mayoritas saham yang sudah menguat merupakan emiten
small cap. "Fokus pada faktor harga dan volume, kalau harga turun diimbangi dengan volume sebaiknya dihindari dulu sehingga lebih kepada jangka pendek," kata Nafan.
Baca Juga: OJK Klaim 56 Perusahaan Antre IPO, Nilai Total Capai Rp 8,81 Triliun Willian bilang secara teknikal saham-saham itu masih layak untuk direkomendasikan. Karena walaupun secara valuasi sudah tergolong mahal, tetapi pergerakan sahamnya masih dalam tren naik. "Sehingga masih bisa ditransaksikan untuk jangka pendek," ujar William. Secara jangka pendek, William merekomendasikan beli NICE, PT Harta Djaya Karya Tbk (
MEJA), PT Manggung Polahraya Tbk (
MANG) dan PT Satu Visi Putra Tbk (
VISI). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati