JAKARTA. Sejak memimpin pemerintahan akhir tahun lalu, Presiden Joko Widodo berjanji mempercepat proyek infrastruktur. Sejumlah siasat ditempuh, mulai dari melipatgandakan belanja hingga mengundang banyak investor dari luar negeri. Nyatanya, realisasi proyek infrastruktur tak sesuai harapan. Menjelang akhir semester pertama tahun ini, realisasi anggaran infrastruktur masih minim, inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi tak mampu menembus 5%. Macetnya proyek infrastruktur pemerintah turut berefek ke pasar modal. Maklumlah, di akhir 2014 dan awal 2015, saham emiten konstruksi dan infrastruktur sudah naik. Kondisi itu terkerek spekulasi gencarnya proyek infrastruktur sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun kenyataannya bertolak belakang. Alhasil, sebagian besar saham konstruksi dan infrastruktur berguguran.
Kinerja saham konstruksi dan semen melempem
JAKARTA. Sejak memimpin pemerintahan akhir tahun lalu, Presiden Joko Widodo berjanji mempercepat proyek infrastruktur. Sejumlah siasat ditempuh, mulai dari melipatgandakan belanja hingga mengundang banyak investor dari luar negeri. Nyatanya, realisasi proyek infrastruktur tak sesuai harapan. Menjelang akhir semester pertama tahun ini, realisasi anggaran infrastruktur masih minim, inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi tak mampu menembus 5%. Macetnya proyek infrastruktur pemerintah turut berefek ke pasar modal. Maklumlah, di akhir 2014 dan awal 2015, saham emiten konstruksi dan infrastruktur sudah naik. Kondisi itu terkerek spekulasi gencarnya proyek infrastruktur sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun kenyataannya bertolak belakang. Alhasil, sebagian besar saham konstruksi dan infrastruktur berguguran.