Kinerja Saham Multifinance Diproyeksi Moncer pada Tahun Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis multifinance yang mulai bangkit di tengah pemulihan akibat covid-19 terekam juga dalam kinerja perusahaan pembiayaan yang sudah melantai di bursa. Secara year-to-date (ytd), beberapa saham multifinance sudah mampu memberikan cuan yang lumayan.

Dari 16 emiten multifinance yang sudah melantai di bursa, setidaknya ada 10 emiten yang memberikan imbal hasil positif jika dilihat secara ytd per 21 Desember 2021. 

Emiten-emiten tersebut, antara lain Fuji Finance (373,91% ytd), BFI Finance (95,54% ytd), Radana Bhaskara Finance (82,54% ytd), Verena Multifinance (67,31% ytd), Trust Finance (44,22% ytd), Tifa Finance (22,32% ytd), Mandala Multifinance (11,62% ytd), Buana Finance (8,7% ytd), Indomobil Multi Jasa (7,8% ytd), dan Clipan Finance (5,98% ytd).


Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas bilang, bagi investor yang ingin mencoba mengoleksi saham multifinance, ini waktu yang tepat untuk mulai masuk. Setidaknya, bisa untuk strategi jangka pendek maupun menengah.

Bukan tanpa alasan, ia menilai sektor multifinance di tahun depan ada peluang yang lebih bagus dibandingkan tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi yang masih berlanjut di tahun depan.

Baca Juga: Ekonomi Membaik, Penarikan Kendaraan oleh Multifinance Turun

“Ada juga sentimen positif DP 0% untuk kendaraan bermotor ada peluang meningkatkan permintaan kredit,” ujar Sukarno.

Meskipun demikian, Sukarno melihat masih ada sentimen negatif yang bisa menghantui kinerja saham multifinance di tahun depan yaitu ketidakpastian terkait pandemi Covid-19. Mengingat, jika kasus covid tinggi lagi bisa memicu terjadi PPKM dan ekonomi kembali terganggu.

Bgi yang ingin masuk ke saham sektor multifinance, Sukarno merekomendasikan saham BFI Finance (BFIN) dan Adira Finance (ADMF). Hal itu dikarenakan kedua perusahaan ini memiliki kinerja yang positif hingga kuartal III kemarin.

“Terutama saham ADMF secara valuasi masih tergolong murah juga,” ungkap Sukarno.

Untuk BFI Finance, Sukarno mengakui harganya memang sudah tergolong sedikit mahal namun ia melihat sisi perbaikan kinerja emiten tersebut yang layak dicermati.

“Secara peers-nya BFIN masih di bawah rata-rata dilihat dari PE, kalau PBV sedikit mahal. Tapi BFIN memiliki ROE paling tinggi, kedua ADMF,” imbuhnya.

Sekadar informasi, kedua perusahaan ini telah mencatatkan pertumbuhan terlebih di penyaluran pembiayaan baru. BFI Finance mencatat pembiayaan baru mereka meningkat 72,7% yoy dengan nilai mencapai Rp 9,4 triliun di kuartal III-2021 yang juga mendorong laba setelah pajak mereka tumbuh penurunan 53% yoy menjadi Rp 796 miliar.

Baca Juga: Pefindo: Kenaikan Suku Bunga Tak Berdampak pada Penerbitan Obligasi Multifinance

Sementara itu, Adira Finance juga berhasil mencatatkan total pembiayaan baru sebesar Rp 18,1 triliun per September 2021, naik 36% secara yoy. Namun, laba bersih perusahaan setelah pajak masih mengalami penurunan sebesar 7,5% yoy dengan nilai sebesar Rp 753,3 miliar.

“Secara keseluruhan portofolio, kami menargetkan pertumbuhan pembiayaan baru di tahun 2022 naik sebesar 20%-26% menjadi sebesar Rp 30 hingga Rp 32 triliun,” ujar Direktur Utama Adira Finance, Hafid Hadeli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi