Kinerja Saham Perbankan Big Caps Moncer, Simak Rekomendasi dari Analis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham emiten perbankan di tanah air mampu mencatatkan kenaikan yang cukup tinggi di sepanjang tahun ini. Meskipun, bayang-bayang perlambatan penyaluran kredit belum seutuhnya terlepas.

Bahkan, ada emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar besar di tanah air yang mampu mencatatkan kenaikan harga saham tinggi di kawasan Asia Pasifik. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi salah satu  emiten dengan kenaikan harga paling tinggi di kawasan tersebut secara tahunan.

Jika menilik data Bloomberg, BMRI telah mengalami kenaikan harga sekitar 38,82% dalam kurun waktu 1 tahun dan berada di level Rp 5.900 per saham. Kenaikan harga tersebut hanya sedikit di bawah pertumbuhan harga dua raksasa bank di Jepang, Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) dan Mizuho Financial Group.


Adapun, kenaikan harga saham SMFG dengan periode yang sama mampu mengalami pertumbuhan 55,21%. Sementara, Mizuho Financial Group telah mencatatkan pertumbuhan sekitar 47,4% dalam setahun terakhir.

Saham-saham bank di Negeri Sakura itu memang telah meningkat tajam tahun ini, sejalan dengan adanya harapan untuk perubahan kebijakan moneter. Maklum, bank sentral Jepang saat ini masih berpegang pada kebijakan suku bunga negatif di bawah gubernur barunya, Kazuo Ueda.

Baca Juga: Bank BTN Luncurkan KPR BTN Prioritas Dengan Nilai Lebih Dari Rp 750 Juta

Padahal, kinerja laba bank-bank Jepang tersebut masih mencatatkan penurunan. Sebut saja, SMFG yang laba bersih untuk kuartal yang berakhir 30 Juni adalah ¥ 248 miliar atau setara US$ 1,75 miliar, turun sekitar 1,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sebaliknya, BMRI mencatatkan pertumbuhan laba di periode enam bulan pertama tahun ini mencapai 24,9% secara tahunan menjadi Rp 25,2 triliun. Di mana, penyaluran kredit bank berlogo pita emas ini juga naik 11,8% menjadi Rp 1.272,07 triliun.

Head of Research Investasiku Cheril Tanuwijaya bilang bahwa saham emiten perbankan di tanah air memang masih menarik untuk dicermati. Terlebih, belum lama ini Bank Indonesia (BI) menyebutkan pertumbuhan kredit perbankan mulai merangkak naik di Juli 2023 dengan tumbuh mencapai 8,54% secara tahunan.

“Kondisi makroekonomi kita sehat dan lebih baik kondisinya dari negara peers,” ujarnya.

Hanya saja, Cheril sependapat bahwa untuk BMRI memang secara price book value (PBV) tergolong mahal secara historikal dalam 5 tahun. Saat ini, PBV dari BMRI sendiri ada di level 2,38 kali.

Meskipun mahal, Cheril menilai secara prospek bank-bank dengan kapitalisasi besar ini dilihat masih memiliki pertumbuhan yang menjanjikan. Ia pun menyarankan untuk memilih bank big caps yang masih murah.

 
BBCA Chart by TradingView
“Misal BBNI (PT Bank Negara Indonesia Tbk) yang PBV-nya paling kecil di level 1,17 kali,” ujar Cheril.

Ia menambahkan untuk masuk ke saham-saham perbankan ini perlu menunggu momentum pelemahan yang terjadi. Misalnya, beberapa hari terakhir ini ada pelemahan wajar karena sentimen global yang lagi tidak bagus.

“Pilihannya BBNI dengan target harga Rp 9.500 dan BBRI dengan target harga Rp 5.900,” ujarnya

Sementara itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai BMRI ini memiliki prospek bisnis yang bagus. Itu didukung oleh fundamental yang solid untuk jangka panjang, alhasil ia tetap merekomendasikan beli untuk saham ini.

Tak hanya itu, Arjun melihat BMRI layak dikoleksi dikarenakan valuasi dari bank tersebut masih undervalued.

“dibandingkan rata-rata emiten perbankan lainnya, padahal emiten seperti BMRI ini big caps,” ujarnya.

Baca Juga: Suku Bunga Deposito Bank Masih Bermekaran

Meskipun demikian, Arjun mengingatkan ada tren di emiten perbankan jika telah mencapai All Time High (ATH), maka akan ada periode konsolidasi untuk profit taking sekitar dua hingga tiga bulan, baru setelah itu ada tren kenaikan lagi.

Arjun pun merekomendasikan beli untuk semua empat emiten perbankan big caps tanah air. BMRI dengan target harga Rp 6.300, BBRI dengan target harga Rp 5.750, BBCA dengan target harga Rp 9.400, dan BBNI dengan target harga Rp 9.200.

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengungkapkan bahwa selamat perhitungan valuasi masih memberikan kenaikan di masa yang akan datang, maka beli merupakan kesempatan dan pilihan.

Ia bilang jika investor menilai masih ada potensi naik untuk harga saham perbankan, berhati harga tersebut masih under value. Namun, ia tetap menilai bakal ada volatilitas pasar yang terjadi.

Nico merekomendasikan beli juga untuk empat saham bank big caps. BBCA dengan target Rp 10.000, BBRI dengan target harga Rp 6.050, BBNI dengan target harga Rp 11.300 dan BMRI dengan target harga Rp 6.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari