Kinerja saham properti & perkebunan masih melambat



KONTAN.CO.ID - Tak semua saham menorehkan kinerja mentereng. Empat bulan di sisa tahun ini, sejumlah sektor menunjukkan performa di bawah rata-rata (underperform) kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menyebutkan, emiten properti dan emiten berbasis minyak sawit mentah (CPO) underperform. Indeks agrikultur, misalnya, sudah minus 2,53% sejak awal tahun hingga kemarin alias year to date (ytd). Indeks properti dan konstruksi juga minus 4,27% (ytd). Padahal IHSG bertumbuh 10,48% (ytd). 

Pemicu koreksi adalah faktor fundamental. Properti misalnya, penjualan rumah di semester I-2017 masih lesu. “Masih ada pertanyaan apakah di semester kedua akan tumbuh atau tidak. Makanya investor wait and see,” tutur Edwin, Rabu (13/9).


Analis RHB Sekuritas Hoe Lee Leng dan Hariyanto Wijaya dalam riset pada 12 September menyematkan rating underweight untuk sektor agrikultur, khususnya perkebunan. Ini tak lain karena ada kelebihan stok CPO. Persediaan CPO di Malaysia naik 8,8% month on month menjadi 1,94 juta ton per Agustus 2017.

Walhasil, rasio persediaan tahunan terhadap pemakaian CPO tahunan di bulan Agustus mencapai 10,3%. Rasio ini di atas rata-rata historis selama 15 tahun sebesar 9,5%.

Dari sektor CPO, Edwin menyebut saham Astra Agro Lestari (AALI) dan PP London Sumatra Indonesia (LSIP) patut dicermati. Keduanya memiliki pola hampir sama. Namun, Edwin masih merekomendasikan neutral untuk kedua saham ini.

Sementara Hoe Lee Leng dan Hariyanto Wijaya merekomendasikan sell untuk LSIP dengan target Rp 1.200 per saham. Ke depan, RHB melihat akan ada perbaikan permintaan global. Selain itu, cuaca ekstrim diprediksi berdampak pada produksi CPO.

Dari sektor properti, Edwin menyebut Agung Podomoro Land (APLN), Pakuwon Jati (PWON), Bumi Serpong Damai (BSDE) dan Ciputra Development (CTRA) masih menarik untuk jangka panjang.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga menilai saham konstruksi masih underperform. Di akhir tahun nanti, saham konstruksi berpeluang menanjak.

Investa menyebutkan kinerja sektor pertambangan masih di bawah rata-rata pasar. Hans meyakini saham emiten batubara masih berpotensi untuk naik.

Di sektor konstruksi, Hans menilai saham PP (PTPP), Adhi Karya (ADHI), Wijaya Karya (WIKA), Waskita Karya (WSKT) dan Wijaya Karya Beton (WTON) masih bisa dikoleksi. Rekomendasi buy untuk PTPP dan WTON dengan target masing-masing Rp 4.300 dan Rp 640 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati