Kinerja saham yang baru bergabung ke indeks LQ45 belum tentu baik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (18/1) telah mengumumkan daftar penghuni baru indeks LQ45 untuk periode Februari-April 2019. Ada empat emiten yang masuk ke daftar tersebut, antara lain PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).

Empat saham ini menggantikan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang terdepak dari indeks yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1997 ini.

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan berpendapat, saham emiten yang baru saja bergabung di indeks LQ45 berpeluang menguat pada perdagangan Senin (21/1) mendatang. Pasalnya indeks LQ45 oleh pelaku pasar modal Tanah Air masih dipandang sebagai indeks yang berisikan 45 saham dari emiten terbaik di bursa. “Secara psikologis investor akan lebih yakin atau confidence untuk membeli saham tersebut,” kata dia kepada Kontan.co.id pada Minggu (20/1).


Menurut Valdy, investor seringkali mengartikan indeks LQ45 sebagai indeks yang diisi oleh 45 saham emiten dengan kinerja keuangan terbaik. Padahal indeks tersebut merupakan indeks yang disusun dari 45 saham dengan likuiditas tertinggi di Tanah Air. Dia bilang pemahaman seperti itu muncul karena adanya kecenderungan likuiditas saham dari suatu emiten berbanding lurus atau searah dengan kinerjanya. “Likuiditas tinggi, secara prospek kinerja belum tentu,” tegas dia.

Valdy menilai, penguatan harga saham emiten yang baru bergabung di indeks LQ45 akan berlangsung selama beberapa hari atau dalam jangka pendek. Setelah itu pergerakan saham mereka akan kembali lagi dilihat berdasarkan kinerjanya secara fundamental.

Sedangkan untuk saham emiten yang terdepak dari indeks LQ45 Valdy menyebut akan ada respons negatif dari pelaku pasar dalam jangka pendek yang berpotensi membuat pergerakan harganya menjadi negatif. Namun, ia meyakini hal tersebut tidak akan bertahan lama. “Investor akan kembali rasional dan mempertimbangkan kinerja keuangan,” ujar Valdy.

Setali tiga uang dengan Valdy, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai saham emiten yang baru saja didepak dari indeks LQ45 bukan berarti kinerjanya sedang turun. “Indeks LQ45 ini melihat likuiditas saham bukan kinerja emiten tersebut,” kata dia.

Asal tahu saja, indeks LQ45 menjadi indeks yang paling banyak digunakan pengelola dana atau manajer investasi sebagai dasar dari produk investasinya terutama dalam bentuk reksadana. Selain itu investor jangka panjang juga banyak membidik saham-saham di indeks yang mulai menggunakan perhitungan pembobotan baru dengan tambahan jumlah free float per 1 Februari 2019 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati