SEOUL. Samsung Electronics, produsen ponsel dan televisi terbesar di dunia, memprediksi keuntungan yang periode April hingga Juni tahun ini tak sebesar yang diharapkan. Samsung memprediksi keuntungan operasional akan mencapai 9,5 miliar won atau setara dengan US$8,3 juta. Kebanyakan analis berharap angka bisa lebih tinggi mencapai 10,1 miliar won. Kesuksesan produk ponsel merupakan kunci penting bagi pertumbuhan Samsung akhir-akhir ini. Namun, muncul kekhawatiran bahwa tingkat pertumbuhan akan melambat walau model ponsel baru sudah diluncurkan.
Harga saham Samsung turun lebih dari 2% setelah estimasi tersebut diumumkan. Sejak Juni, harga sahamnya bahkan telah turun lebih dari 15% setelah banyak broker menurunkan prospek perusahaan tersebut. "Perlambatan dalam bisnis ponsel tampaknya lebih buruk dari yang diharapkan dan hasil mengecewakan telah memperkuat pandangan pasar bahwa momentum pertumbuhan ponsel Samsung sedang melambat," kata Lee Sei-chul, seorang analis Meritz Securities di Seoul.
Laju pertumbuhan melambat
Samsung menikmati sukses besar dari pasar ponsel beberapa tahun terakhir. Popularitas produk 'galaxy' telah menyalip ketenaran Nokia sebagai produsen ponsel terbesar di dunia tahun lalu. Menurut riset dari Strategy Analytics, Samsung meraup 95% keuntungan dari seluruh pasar ponsel berbasis Android. Namun di balik kesuksesan tersebut, ada kekhawatiran bahwa laju pertumbuhan ponsel Samsung mungkin melambat, tren yang akhirnya bisa membuat keuntungan menurun. Awal bulan ini, Woori Investment & Securities di Korea Selatan memangkas prediksi pendapatan raksasa teknologi ini. Langkah tersebut kemudian diikuti oleh JP Morgan, Goldman Sachs, Merrill Lynch dan lain-lain.
Kekhawatiran dipicu juga oleh peluncuran produk baru dari produsen saingan asal China yang harganya relatif murah. Analis mengatakan jika Samsung ingin mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi, perusahaan harus menciptakan produk baru yang lebih inovatif dan mengurangi ketergantungan pada bisnis ponsel untuk mendorong pertumbuhan. "Salah satu risiko terbesar bagi Samsung Electronics untuk maju adalah bahwa 70% dari total laba usaha berasal dari bisnis perangkat
mobile," kata Jeff Kim dari Hyundai Securities. "Diversifikasi adalah kunci. Perangkat yang bisa dipakai adalah tahap berikutnya dalam industri jenuh yang perlu inovasi terus-menerus untuk bertahan hidup,” ujarnya.
Editor: