Kinerja Sarana Menara (TWOR) Diprediksi Solid di Akhir 2024, Cek Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mencatatkan kinerja yang solid hingga September 2024, dan diperkirakan akan melanjutkan kinerja positifnya setidaknya hingga akhir tahun 2024.

Daniel Widjaja, analis Mirae Asset Sekuritas mencermati kinerja yang solid disebabkan oleh pertumbuhan dalam semua segmen, serta hasil akuisisi PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST). 

Daniel menjabarkan pada periode tersebut pendapatan dari segmen menara tumbuh 5% yoy menjadi Rp2,2 triliun, kemudian pendapatan dari FTTT naik 17,5% menjadi Rp 538 miliar. Tidak hanya itu, pendapatan FTTH bahkan tumbuh hingga 261,5% menjadi Rp141 triliun.


Baca Juga: Sejumlah Emiten Gelar Akuisisi di 2024, Simak Rekomendasi Saham yang Layak Dikoleksi

Selain itu dalam periode tersebut, TOWR juga menambah 3.869 menara dan 3.839 penyewa, yang didorong oleh konsolidasi IBST. Perusahaan ini mencapai peningkatan signifikan dalam tarif sewa rata-rata, yang naik menjadi Rp 13,1 juta per bulan. 

Sayangnya pendapatan rata-rata tiap menara per bulan harus turun 14,3% menjadi Rp 19,9 juta, yang utamanya dipengaruhi oleh kontribusi pendapatan yang lebih rendah dari IBST. Namun secara kumulatif pada kuartal ketiga alias sejak Juli hingga September 2024, TOWR membukukan pendapatan sebesar Rp 3,3 triliun dengan kenaikan 12% year on year (yoy).

Masih periode yang sama, Daniel mengatakan dalam segmen bisnis fiber TOWR mencatat ekspansi signifikan dengan meluncurkan kabel fiber optik tambahan sepanjang 18.607 km , sehingga total jaringan fibernya menjadi 119.817 km. 

"Ekspansi ini mendorong pendapatan fiber di menjadi Rp679 miliar, naik 36,6% YoY, dan berkontribusi sebanyak 20,6% terhadap total pendapatan," jelas Daniel dalam riset 6 Desember 2024.

Kemudian emiten menara ini juga meningkatkan 1,0% yoy rata-rata tarif sewa FTTT per bulan pada kuartal ketiga menjadi Rp 0,9 juta. Lebih jauh, TOWR memperluas jaringan home pass hingga mencapai 1,5 juta. 

"Sebagai penyedia serat optik terbesar di negara ini, TOWR terus menarik kemitraan dengan banyak perusahaan internet dan TI, memanfaatkan jejak serat optiknya yang luas dan mapan untuk mendorong pertumbuhan bisnis," lanjut Daniel. 

Dengan demikian secara kumulatif sejak Januari hingga September 2024, TOWR melaporkan pendapatan sebesar Rp 9,4 triliun atau tumbuh 8,4% yoy. Sementara laba TWOR sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini tergolong datar atau hanya naik tipis 0,9% menjadi Rp 2,4 triliun. 

Baca Juga: Tahun Ini Emiten Rajin Akuisisi Demi Diversifikasi

Untuk akhir tahun, Daniel memproyeksi pendapatan TWOR sebesar Rp 12,3 triliun atau naik 5,5% dari perolehan tahun lalu. Sementara laba bersihnya Rp 3,54 triliun atau meningkat 7,41 dari laba bersih tahun 2024.

Terkait prospek ke depan, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menilai TOWR masih berpeluang melanjutkan pertumbuhan didukung oleh tingginya permintaan terhadap menara telekomunikasi, seiring dengan penetrasi internet yang terus meningkat. 

Di sisi lain, aksi korporasi berupa rights issue, yang dananya akan digunakan untuk melunasi utang serta memperkuat modal kerja, menjadi langkah strategis perusahaan. 

Selain itu, adanya potensi penurunan suku bunga tahun depan berpeluang memberikan pertumbuhan bottom line lebih baik. 

Hanya saja, TOWR masih menghadapi persaingan, regulasi dan perlambatan ekonomi yang bisa menghambat kinerjanya untuk memperoleh hasil optimal. 

"Dengan kondisi tersebut TOWR bisa fokus pada inovasi atau bisa meningkatkan efesiensi operasional utk menurunkan biaya dan meningkatkan profitabilitas," ujar Sukarno kepada KONTAN, Senin (16/12). 

Sementara Head of Investment Nawasena Abhipraya Investama, Kiswoyo Adi Joe memprediksi kinerja TWOR bakal berlanjut solid pada akhir tahun 2024 dan tidak beda jauh dari perolehan pada kuartal ketiga. 

"Sebab semua bisnis TWOR semua kontrak jangka panjang, 7-8 tahun. Jadi selama masa kontrak, pendapatan dan nett profit-nya sudah terkunci," kata Kiswoyo kepada KONTAN, Senin (16/12). 

Untuk tahun depan, katalis yang bisa mendorong kinerja TOWR apabila emiten ini melakukan penambahan jumlah menara dan kenaikan harga sewa. 

Di sisi lain, pada tahun depan juga, Kiswoyo bilang investor perlu mencermati hasil merger antara XL Axiata (EXCL) dengan Smartfren (FREN). Sebab hal ini akan membuat menara telekomunikasi berada di lokasi yang sama. Dengan demikian akan ada tumpang tindih dalam penggunaan menara. 

Akibatnya, lanjut Kiswoyo, ada kemungkinan pengurangan jumlah menara telekomunikasi yang digunakan karena efisiensi yang diupayakan setelah merger tersebut. 

Terkait sahamnya, Kiswoyo merekomendasikan buy on weakness TWOR dengan target harga 800 Rp per saham. Sedangkan Sukarno mekomendasikan hold TOWR dengan target harga 765 per saham. 

Sementara Daniel mempertahankan rekomendasi buy dengan target harga Rp 1.030 per saham. Alasannya, Daniel berharap perusahaan dapat ters mempertahankan pertumbuhan pendapatan dengan mendiversifikasi aliran pendapatannya. 

Selain itu, ada potensi pertumbuhan anorganik melalui akuisisi aset fiber dari LinkNet senilai USD 400 juta dan Indosat senilai USD1,5-2,0 miliar, yang selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan fiber perusahaan.

Selanjutnya: Rusia Ganggu Keamanan Baltik, Polandia Sebut Ujian untuk NATO

Menarik Dibaca: MIND ID Dorong Kolaborasi Perkuat Ekosistem Industrialisasi Mineral

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi