Kinerja Sektor Infrastruktur Naik 3,01% Sejak Awal Tahun, Simak Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor infrastruktur dinilai masih beragam, meskipun mampu mencatatkan kinerja positif secara year to date (Ytd) atau sejak awal tahun. Melansir laman Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX Sector Infrastructures mencatat kenaikan kinerja 3,01% sejak awal tahun.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi melihat, performa sektor infrastruktur di kuartal I-2024 dominan ditopang oleh kenaikan dari emiten transportasi dan telekomunikasi.

Sedangkan, kinerja emiten konstruksi bangunan cenderung terbatas. Hanya sejumlah emiten konstruksi bangunan yang mencatatkan kinerja lumayan baik di kuartal I-2024, misalnya PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) mencatatkan pendapatan usaha Rp 818,87 miliar, naik 32,31% secara tahunan atau year on year (yoy).


Baca Juga: Proyek Infrastruktur Masih Menjadi Andalan Emiten Semen

Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih TOTL melonjak 77,60% yoy menjadi Rp 52,71 miliar di kuartal I 2024.

Dari sisi kinerja saham, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mampu naik 183,41% ytd dan TOTL naik 30,32% ytd.

 
SSIA Chart by TradingView

Sedangkan, kinerja saham emiten konstruksi bangunan BUMN justru menjadi pemberat laju sektor infrastruktur keseluruhan. Misalnya, saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) turun 32,32% ytd dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) 28,85% ytd.

“Kami berpandangan sentimen dari tingginya suku bunga acuan menjadi salah satu lambatnya ekspansi, terlebih jika emiten memiliki pendanaan dari perbankan,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (8/5).

Baca Juga: Dharma Polimetal (DRMA) Optimitis Bukukan Kinerja Positif di 2024

Audi melihat, kinerja emiten konstruksi di tahun 2024 masih akan cenderung tertekan. Sebab, era suku bunga yang tinggi akan menekan cost of fund emiten.

“Meski proyek strategis pemerintah nilai lebih dari Rp 2.900 triliun, tetapi ini belum banyak mendorong kinerja untuk emiten konstruksi, terlebih BUMN Karya,” paparnya.

Lebih lanjut, peleburan emiten BUMN Karya dinilai hanya bertujuan untuk efisiensi dan penyelamatan beberapa emiten yang bermasalah, khususnya terkait keuangan emiten.

“Walaupun akan menimbulkan kemungkinan monopoli pada proyek strategis pemerintah, dengan kondisi biaya pendanaan lebih mahal, peleburan emiten BUMN Karya kemungkinan masih akan menghambat laju emiten konstruksi,” tuturnya

Baca Juga: Usai Pengumuman Dividen, Ini Prospek Kinerja dan Rekomendasi ANTM, PTBA & TINS

Audi memberikan rating Neutral untuk emiten infrastruktur konstruksi. Audi pun rekomendasi hold untuk ADHI dan PTPP dengan target harga masing-masing Rp 350 per saham dan Rp 690 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli