JAKARTA. Kinerja sektor kawasan industri selama sembilan bulan pertama tahun 2015 terseok-seok di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi. Lima emiten pengembang kawasan industri yang telah merilis laporan keuangan mencatatkan penurunan laba bersih rata-rata 29% secara tahunan. Merosotnya kinerja emiten kawasan industri ini seiring dengan lantaran membengkaknya beban yang harus ditanggung selama sembilan bulan pertama, terutama dari sisi beban keuangan. Sementara pendapatan rata-rata lima emiten tersebut masih tercatat tumbuh 8,04%. Kinerja paling anjlok ditorehkan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (
KIJA) dengan mencatat penurunan laba bersih hingga 81,6% secara year on year (yoy) menjadi Rp70,9 miliar. Ini terjadi lantaran beban keuangan perseroan meroket 273% yoy menjadi Rp 884,7 miliar. Sedangkan pendapatan usahanya masih tumbuh 11% yoy.
Selanjutnya, T Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) mencatat penurunan laba bersih 76,6% yoy menjadi Rp 64,5 miliar. Ini seiring dengan melorotnya pendapatan 8% yoy dan membengkaknya beban yang harus ditanggung perseroan seperti beban umum dan administrasi naik 25% yoy, dan beban keuangan naik 129%. Tak hanya itu, BEST juga menanggung beban lain-lain sebesar Rp 134 miliar, padahal pada periode yang sama tahun 2014 masih mencatat laba dari sini sebesar Rp 6,9 miliar. Laba bersih PT Modernland Realty Tbk (MDRN) melorot 43,6% yoy menjadi Rp 303,1 miliar. Ini seiring dengan penurunan pendapatan 4,2% yoy dan membengkaknya beban yang harus ditanggung. Beban penjualan MDLN melonjak 81,7% yoy, beban umum dan administrasi nik 2,2% yoy dan beban operasi lain meningkat tajam dari Rp 63 miliar menjadi Rp 589 miliar. Sedangkan, PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) dan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) masih mencatat pertumbuhan laba bersih masing-masing 7,3% menjadi Rp 730 miliar dan 49,5% menjadi Rp 1,22 triliun. Namun, pertumbuhan LPCK lebih lambat di banding periode yang sama tahun 2014 yang tumbuh pesat 60,9% yoy. Pertumbuhan kinerja LPCK seiring dengan peningkatan pendapatan usaha perseroan selama sembilan bulan pertama 11,4% yoy. Namun, meningkatnya beban usahanya 49% yoy membuat perolehan laba bersih tidak tumbuh secara signifikan. Adapun kinerja DMAS meningkat seiring dengan peningkatan penjualan 30% yoy menjadi Rp 1,7 triliun serta didukung dengan adanya keuntungan selisih kurs Rp 253 miliar. Padahal kuartal III tahun lalu perseroan masih mencatat rugi kurs Rp 7,3 miliar. Pendapatan pengembang kota Deltamas ini disokong oleh peningkatan penjualan lahan industri 188% yoy menjadi Rp 1,66 triliun. Sedangkan penjualan perumahan turun 1,3% menjadi Rp 30,6 miliar dan penjualan komersial turun 99% menjadi Rp 5 miliar. Pendapatan KIJA selama sembilan bulan pertama, disokong oleh peningkatan pendapatan pembangkit listrik yang naik 21% yoy menjadi Rp 1,13 triliun. Sementara pendapatan penjualan perseroan mengalami perlambatan seperti penjualan tanah turun 3,1%, penjualan tanah dan bangunan pabrik turun 52%, serta penjualan perkantoran dan ruko turun 183,6%. Penurunan pendapatan BEST terutama diakibatkan terpangkasnya penjualan tanah 11,2% yoy menjadi Rp 400,5 miliar. Sedangkan pendapatan MDLN melorot lantaran menurunnya penjualan residensial seperti apartemen yng terkoreksi 77% yoy dan penjualan rumah turun 64,9% yoy menjadi Rp 266,9 miliar. Adapun penjualan lahan industri pengembang JGC ini masih tumbuh 30% menjadi Rp 1,79 triliun. Sedangkan pendapatan LPCK lebih didorong oleh penjualan residential seperti rumah hunian, ruko dan rumh susun. Sedangkan penjualan lahan industri masih melorot 41% Rp 471,5 miliar.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan penurunan kinerja emiten kawasan industri seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, kawasan industri erat hubungannya dengan ekspansi industri dan lahan. "Jika ekonomi lesu, pengusaha tentu akan menahan ekspansi untuk membangun pabrik," katanya pada KONTAN, Selasa (3/11). Hans melihat sampai akhir tahun prospek emiten pengembang kawasan industri masih akan lesu. Kendati demikian, dia melihat kinerja sektor ini di kuartal IV akan mulai membaik namun tidak terlalu signifikan. Menurutnya, sektor kawasan industri akan kembali membaik seiring dengan upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur. Dengan pembangunan tersebut ekonomi akan perlahan membaik dan sektor swasta akan kembali melakukan ekspansi. Perkiraannya, pertumbuhan ekonomi tahun depan akan mencapai 5,1%- 5,2%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto