Kinerja Semester I 2022 Ciamik, Ini Rekomendasi Saham Triputra Agro Persada (TAGP)



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) menorehkan kinerja yang cemerlang pada paruh pertama tahun 2022. Sepanjang Januari-Juni 2022, TAPG membukukan laba bersih Rp 1,78 triliun atau melesat 338,5% year on year (yoy) dari realisasi laba bersih periode sama tahun 2021 yang sebesar Rp 406 miliar.

Dari segi top line, pendapatan TAPG tumbuh 61,6% yoy menjadi Rp 4,62 triliun dari pendapatan periode sama tahun 2021 yang sebesar Rp 2,86 triliun.

"Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya penjualan crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK) sebesar 63,2% yoy," kata Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (25/7).


Secara triwulanan, pendapatan TAPG pada kuartal II-2022 naik 10,6% quarter-on-quarter (qoq) menjadi Rp 2,42 triliun. Sementara itu, laba bersihnya hanya tumbuh 3,8% qoq menjadi Rp 906 miliar karena penurunan pendapatan lain-lain.

Dari segi produksi, TAPG berhasil meningkatkan produksinya pada kuartal II-2022. Produksi TBS inti naik 26,9% qoq dan 21,4% yoy menjadi 892 ribu ton serta produksi TBS perkebunan plasma terkerek 37,7% qoq dan 15,9% yoy menjadi 95.000 ton.

Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Akan Menambah Pabrik PKO Tahun Ini

Secara kumulatif, total produksi TBS semester 1 tahun ini mencapai 1,76 juta ton, terdiri dari TBS inti 1,60 juta ton (meningkat 10,2% yoy) dan TBS plasma 164 ribu ton (naik 4,5% yoy).

Sejalan dengan peningkatan produksi TBS, produksi CPO TAPG pada kuartal II-2022 naik 24,1% qoq dan 16,2% yoy menjadi 273.000 ton. Alhasil, sepanjang semester 1 2022, TAPG menghasilkan CPO sebanyak 493 ribu ton atau meningkat 7,6% yoy.

Menurut Yasmin, meski produksi melonjak pada semester 1 2022, biaya produksi TAPG terkendali dengan baik karena hanya meningkat 21,1% yoy. Ia menilai, iklim yang menguntungkan sepanjang tahun 2020 dan 2021 serta praktik agronomi yang baik merupakan faktor kunci untuk mendukung peningkatan produksi.

"Profil usia kebun sawit TAPG saat ini berumur 12,2 tahun, artinya sebagian besar pohon berada di masa puncaknya," ucap Yasmin.

Sepanjang semester 1 2022, harga CPO global melesat 55,5% dengan harga rata-rata sebesar RM 6.319/ton. Akan tetapi, karena stok CPO yang semakin meningkat harga mulai melambat menjelang akhir Juni 2022. 

TAPG mendapat manfaat dari peningkatan produksi dan harga komoditas. Hal itu terlihat dengan averege selling price (ASP) TBS yang naik 62,7% yoy menjadi Rp 6.543/kg, ASP CPO naik 69,3% yoy menjadi Rp 28.248/kg, dan ASP PK naik 67,8% yoy menjadi Rp 22.641/kg.

Untuk ke depannya, Yasmin memperkirakan, harga CPO global akan terus turun di semester 2 2022 dengan harga rata-rata di RM 5.200/ton sepanjang 2022. Penurunan harga ini disebabkan oleh stok CPO yang masih tinggi.

"Pemerintah sedang gesit dan taktis untuk mengatasi penumpukan inventaris dengan regulasi terbaru berupa penurunan pungutan ekspor untuk mendorong ekspor," tutur Yasmin.

Baca Juga: Triputra Agro (TAPG) Targetkan Menjadi Perusahaan Netral Karbon di Tahun 2036

Yasmin mempertahankan rekomendasi buy untuk TAPG dengan target harga Rp 1.290 per saham, naik dari target harga sebelumnya yang sebesar Rp 1.250 per saham. Hal ini seiring dengan revisinya atas prediksi produksi TBS dan CPO TAPG pada 2022.

Revisi tersebut turut membuat perubahan pada prediksi laba bersih TAPG tahun 2022 dan 2023 yang masing-masing meningkat 19,2% dan 12,7% dari prediksi sebelumnya.

Dalam riset tanggal 21 Juli 2022, Analis Trimegah Sekuritas Kharel Devin Fielim dan Ignatius Simon mengatakan, efek pungutan ekspor nol persen yang berlaku 15 Juli-31 Agustus 2022 belum begitu terlihat. Pasalnya, mayoritas produsen belum bisa melanjutkan ekspor karena terhambat shipping shortage.

Mengingat situasi ini, Trimegah Sekuritas mengharapkan perpanjangan insentif tanpa pungutan selama masalah pengiriman belum terselesaikan. Trimegah Sekuritas yakin, pungutan ekspor nol persen akan memberikan gambaran yang jelas jelas produsen CPO.

"Indonesia mungkin melihat tingkat persediaan CPO domestik yang lebih rendah, pemulihan produksi minyak sawit, serta peningkatan volume ekspor dalam waktu dekat," kata kedua analis tersebut.

Dalam situasi seperti ini, Trimegah Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor CPO. Pasalnya, peraturan pemerintah tentang industri CPO tetap masih bisa berubah-ubah sehingga mereka memperkirakan adanya ketidakpastian harga CPO di jangka pendek.

Di sisi lain, Trimegah Sekuritas menyukai perusahaan seperti TAPG karena mempunyai umur tanaman muda dan hasil produksi TBS yang tinggi. Kedua analis tersebut menetapkan rekomendasi buy untuk TAPG dengan target harga Rp 770 per saham. Per Senin (25/7), harga TAPG berada di level Rp 685 per saham.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham ELSA, GZCO, TAPG dari Phillip Sekuritas Untuk Rabu (20/7)

Pada 2021, usia tanaman TAPG rata-rata berumur 11,3 tahun sedangkan LSIP 17,1 tahun dan AALI 15,8 tahun. Kemudian, yield produksi TBS inti TAPG tahun 2021-2023 adalah sebesar 21,5 ton/ha, sedangkan LSIP rata-rata 14,9 ton/ha dan AALI rata-rata 18,3 ton/ha.

Di sisi lain, Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy menilai, penjualan CPO TAPG sebenarnya lebih ditujukan ke pasar domestik sehingga tidak terdampak secara langsung atas insentif pungutan ekspor CPO.

Akan tetapi, harga CPO global yang turun cukup dalam dapat memengaruhi pertumbuhan pendapatan pada kuartal III-2022. Pasalnya, pertumbuhan pendapatan TAPG pada semester 1 2022 utamanya ditopang oleh peningkatan harga rata-rata CPO sebesar 62% yoy dan pertumbuhan produksi CPO sebesar 8% yoy.

 
TAGP Chart by TradingView

Untuk prospek saham, TAPG secara valuasi masih murah. "Kami memberikan rekomendasi buy dengan target harga Rp 1.250 yang mengimplikasikan rasio P/E 4,7x untuk proyeksi 2022," kata Robertus.

Dibandingkan emiten lain, TAPG memiliki rata-rata umur pohon yang prima, yakni 12,2 tahun. Produksi TBS tiap tahunnya juga masih terus bertumbuh hingga umur 20 tahun sehingga produksi CPO TAPG diharapkan dapat terus meningkat tiap tahunnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli