KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) masih mencatatkan kinerja keuangan yang lemah di semester I 2024. Melansir laporan keuangan, PGUN mencatatkan penjualan bersih Rp 258,63 miliar pada Semester I 2024. Ini turun 35,97% secara tahunan alias
year on year (yoy) dari Rp 403,95 miliar. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih PGUN juga turun 76,37% yoy ke Rp 10,57 miliar.
Hingga Agustus 2024, PGUN mencatatkan produksi tandan buah segar (TBS) sebanyak 110.070 ton dan produksi minyak kelapa sawit alias
crude palm oil (CPO) mencapai 28.011 ton. Sekretaris Perusahaan PGUN, Muhammad Reza, produksi TBS PGUN per Agustus sudah mencapai 31% dari target produksi TBS perseroan di tahun 2024. “Sementara, produksi CPO per Agustus sudah mencapai 35% dari target tahun 2024,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (13/9).
Baca Juga: Pradiksi Gunatama (PGUN) Targetkan Kenaikan Laba Bersih Hingga 100% pada Tahun Ini Melansir Trading Economics, harga CPO naik 2,85% dalam sebulan terakhir ke level MYR 3.831 per ton. Hal tersebut terlihat cukup berpengaruh ke harga rata-rata alias
average selling price (ASP) CPO PGUN. “ASP CPO PGUN sebelumnya Rp 11.637 per kilogram dan per September Rp 13.000 per kilogram,” paparnya. PGUN pun berupaya untuk menjaga kinerja produksi dan keuangan perseroan di sisa tahun 2024 ini. Caranya, dengan meningkatkan kualitas produksi TBS dan meningkatkan pembelian TBS dari masyarakat sekitar untuk mendapatkan kapasitas olah pabrik yang optimal. “Produksi PGUN terdampak dari terjadinya El Nino di tahun 2023, sehingga tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit menurun,” ungkapnya. Reza menuturkan, PGUN juga masih optimistis dalam menjalankan bisnis di sisa tahun ini. Peluang yang akan dioptimalkan perseroan adalah dengan memanfaatkan kapasitas olah pabrik terpasang sebesar 90 ton TBS per jam. “Selain itu, adanya lonjakan produksi TBS dari masyarakat sekitar juga menjadi peluang perseroan untuk mengoptimalkan produksi CPO,” tuturnya. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto melihat, penyebab utama penurunan kinerja PGUN di semester I 2024 adalah tingkat produksi yang lebih rendah karena kendala cuaca kemarau panjang pada tahun 2023 lalu. Selain itu, PGUN tengah melakukan peremajaan pada tanaman yang usianya lebih dari 25 tahun di area perseroan seluas lebih dari 2.000 hektare (Ha), sehingga produksi TBS dan CPO belum optimal. “Rata-rata usia tanaman yang relatif tua juga membuat level produksi yang lebih rendah,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (13/9).
Baca Juga: Pradiksi Gunatama (PGUN) Catat Produksi TBS 110.070 Ton Hingga Agustus 2024 Jika dilihat dari pergerakan di sepanjang tahun 2024, harga CPO global dilihat Pandhu masih akan cenderung
sideways pada level sekitar MYR 3.600 – MYR 4.100 per ton. Akibatnya, pergerakan harga CPO global belum akan banyak membantu PGUN dalam mendongkrak kinerja. Namun, produksi PGUN mungkin bisa membaik di sisa tahun 2024, karena biasanya pada semester II setiap tahun merupakan masa puncak produksi tanaman sawit. Selain itu, program biodisel 40% alias B40 juga akan menjadi katalis positif, karena akan meningkatkan kebutuhan CPO, terutama dari dalam negeri. Semakin tingginya permintaan CPO akan menguntungkan para produsen, karena produk mereka dapat terserap lebih optimal.
“Selain itu, PGUN memang
supplier utama PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) yang selama ini memiliki bisnis memproduksi bahan baku biodiesel. Sehingga, seharusnya ada potensi peningkatan permintaan secara langsung ke perseroan,” paparnya. Pandhu melihat, saham PGUN masih menarik untuk dikoleksi, sebab tren pergerakannya dalam jangka pendek masih cenderung menguat. Target harga PGUN secara teknikal berada di sekitar Rp 500 per saham. “Namun, perlu diperhatikan likuiditasnya, karena transaksi yang relatif sepi di saham ini,” paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih