KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja unitlink (UL) hingga semester I-2021 di semua jenis mengalami koreksi. Baik unitlink berbasis pendapatan tetap, saham, dan campuran. Merujuk data Infovesta hingga Semester I-2021, untuk unitlink pendapatan tetap rata-rata sebesar -0,28% tyd. Selanjutnya, ada unitlink campuran yang memberikan imbal hasil -2,84% ytd dan unitlink saham dengan imbal hasil -3,89% ytd. Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, sepanjang semester I-2021, secara agregat kinerja unitlink melalui kinerja indeks unitlink mengalami koreksi di mana unitlink jenis pendapatan tetap mencatat penurunan paling tipis, sementara pada kinerja unitlink berbasis campuran dan saham masih mencatat koreksi lebih dari -2% sepanjang periode tersebut.
"Adapun gejolak pasar keuangan diakibatkan sejumlah isu, seperti kenaikan yield US Treasury setelah inflasi tahunan AS terus meningkat ke rekor tertinggi dan pemulihan ekonomi AS juga negara besar lainnya yang lebih cepat sekaligus memicu kekhawatiran potensi tapering atau pengetatan moneter yang lebih cepat," ungkap Praska kepada kontan.co.id, Minggu (1/8). Selain itu juga sambung Praska, dengan adanya kenaikan kasus Covid-19 secara global akibat varian baru sehingga berpotensi menghambat akselerasi pemulihan ekonomi, dan tekanan arus dana investor asing yang keluar karena mengantisipasi ketimpangan pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian baru setelah gelombang covid-19 varian baru kembali melanda. Baca Juga: Dana kelolaan industri dapen masih bisa tumbuh positif Menurutnya, relatif tertinggalnya kinerja indeks unitlink dibanding indeks pasar, seperti IHSG yang sebesar 0,11%, maupun Indeks Obligasi Pemerintah yang sebesar 1,16% yang justru sudah mencetak return positif di Semester I-2021 diperkirakan karena pengaruh strategi alokasi aset portofolio, terutama penempatan pada produk-produk reksa dana. Sementara itu, Praska menyebut, produk unitlink berbasis pendapatan tetap yang masih mampu mencetak penurunan terendah sepanjang Semester I-2021 karena ditopang oleh indeks obligasi, baik SBN maupun korporasi yang sebesar 2,67%, yang secara agregat mampu mencetak return positif.