Kinerja Sido Muncul (SIDO) Diramal Naik di Semester II 2024, Cek Rekomendasi Sahamnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) diproyeksi bakal kuat di semester II 2024. Utamanya kinerja SIDO akan didukung prospek penjualan produk unggulan mereka yakni Tolak Angin di musim dingin.

Analis Mirae Asset Sekuritas Andreas Kristo Saragih memandang, SIDO berpotensi membukukan kinerja yang kuat di semester kedua 2024.  Beberapa faktor pendukung untuk SIDO di antaranya kondisi cuaca yang baik di kuartal IV-2024, profitabilitas tinggi yang berkelanjutan berkat biaya bahan baku lebih rendah, serta pembayaran dividen interim akan menjadi katalis positif jangka pendek untuk  SIDO.

Lebih jauh lagi, perluasan saluran distribusi perdagangan modern dan pertumbuhan berkelanjutan di pasar ekspor akan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja SIDO di tahun 2025 dan seterusnya.


Baca Juga: IHSG Naik Tipis 0,11% ke 7.504 Pada Senin (7/10), BUKA, SIDO, UNVR Top Gainers LQ45

"Kami memproyeksikan SIDO akan memberikan hasil yang luar biasa pada semester kedua 2024, dengan pendapatan dan laba bersih yang diharapkan tumbuh lebih dari 20% dari tahun ke tahun," kata Andreas kepada Kontan.co.id, Kamis (10/10).

Andreas menjelaskan, kondisi cuaca baik bagi SIDO yang dimaksud adalah musim hujan. Sebab, biasanya musim hujan mendongkrak kinerja SIDO di semester kedua karena penjualan produk Tolak Angin meningkat.

Tolak Angin yang termasuk dalam segmen Obat Herbal & Suplemen, menyumbang sekitar 50% dari pendapatan konsolidasi SIDO. Segmen ini juga merupakan yang paling menguntungkan bagi SIDO, dengan mencatat margin laba kotor tertinggi dibandingkan dengan segmen lainnya.

"Dari segi keuangan, musim hujan kemungkinan akan mendongkrak kinerja SIDO di semester kedua 2024, karena secara historis, penjualan Tolak Angin mencapai puncaknya pada periode ini," ujar Andreas.

Kemudian, Andreas mengantisipasi, profitabilitas yang kuat pada semester pertama tahun ini diperkirakan akan berlanjut pada semester kedua 2024. Hal itu karena melihat adanya langkah strategis manajemen SIDO dalam alokasi kas.

Adapun profitabilitas pada semester pertama tahun ini tercermin dari margin laba kotor dan margin laba bersih, yang menandai margin semester pertama tertinggi dalam lebih dari satu dekade. Kinerja luar biasa ini terutama disebabkan oleh harga bahan baku yang rendah dan biaya penjualan, umum, dan administrasi (SGA) yang dapat dikelola.

Secara khusus, harga bahan baku yang lebih rendah, khususnya di segmen Food & Beverages (F&B) seperti taurin, aspartam, asam sitrat, krimer, telah berkontribusi pada ekspansi margin di semua segmen.

Dampak positif dari langkah-langkah efisiensi yang diterapkan pada akhir tahun lalu juga terlihat jelas, karena biaya gaji menurun sebesar -20% yoy menjadi Rp 98 miliar, yang hanya menyumbang 5,2% dari pendapatan (-2,2ppt yoy).

"Kami memperkirakan peningkatan efisiensi ini akan terus berlanjut, dengan pertumbuhan biaya karyawan yang sejalan dengan tingkat inflasi nasional," imbuh Andreas.

Andreas melanjutkan, katalis pendukung bagi SIDO adalah pembayaran dividen interim. SIDO mungkin akan melakukan pembagian dividen pada bulan Oktober atau November, seperti yang terjadi dalam lima tahun terakhir, kecuali 2021 yang dibayar pada Agustus.

Baca Juga: Harga Turun, Ada Rekomendasi Beli Untuk Saham SIDO

Sementara itu, katalis bagi SIDO dalam jangka panjang yakni saluran distribusi ke Modern Trade (MT) seperti Alfamart yang telah mulai efektif pada 1 Mei 2024 dan Indomaret yang berlaku efektif pada 1 Juli 2024. Sebelumnya, distribusi ke saluran MT tersebut diselesaikan oleh sub-distributor pihak terkait.

Nah, karena biasanya margin distribusi berada di sekitar 5%, manajemen SIDO mengharapkan margin kotor meningkat sebesar 3-5ppt dari penghematan biaya melalui program ini. Di sisi pendapatan, integrasi langsung antara sistem inventaris diharapkan dapat memastikan ketersediaan produk, yang diproyeksikan akan mendorong peningkatan volume sekitar 5%.

Namun, Andreas menuturkan, perlu diketahui bahwa kontribusi pendapatan dari Alfamart dan Indomaret saat ini kurang dari 10%. Oleh karena itu, Mirae Asset berpendapat bahwa inovasi tersebut dampak sepenuhnya baru akan terlihat di tahun 2025, dan saat ini mungkin bermanfaat sebagai perlindungan turunnya gerak harga saham.

Selain itu, katalis jangka panjang bagi SIDO adalah pertumbuhan pasar ekspor yang berkelanjutan. Manajemen SIDO berharap dapat meningkatkan kontribusi pendapatan ekspor menjadi 15% dalam 3 hingga 5 tahun ke depan.

Andreas memaparkan, strategi SIDO untuk mencapai target tersebut adalah dengan terus memperkuat kegiatan pemasaran di pasar Filipina untuk meraih pangsa pasar yang lebih tinggi, memperkuat kehadiran di Malaysia dengan memasuki wilayah Malaysia Timur, serta masuk pasar Vietnam pada semester II 2024 lewat produk Tolak Angin.

"SIDO juga akan menjajaki produk permen untuk diekspor ke Filipina dan Malaysia. Selain itu, manajemen juga tengah berdiskusi dengan beberapa negara di benua Afrika dan negara lainnya," sebut Andreas.

Analis NH Korindo Sekuritas Ezaridho Ibnutama turut menyoroti bahwa pasar luar negeri akan terus berkembang dan berkontribusi bagi kinerja SIDO. Dimana, pada semester I-2024, ekspor SIDO tercatat 8% terhadap total penjualan yang bertumbuh 73% yoy menjadi Rp 152 miliar.

Ke depan, SIDO menargetkan masuk negara tetangga Asia Tenggara yakni Vietnam di semester kedua, mengingat pasar Malaysia dan Filipina telah menunjukkan penetrasi pasar dan pertumbuhan yang stabil. Adapun tiga kontributor teratas penjualan ekspor SIDO sejauh ini yakni Malaysia, Nigeria, dan Filipina.

"Pasar luar negeri menjadi pendorong kuat pertumbuhan SIDO ke depan," ungkap Ezaridho dalam riset 24 September 2024.

Secara kumulatif Januari – Juni, pendapatan SIDO meningkat 15% yoy menjadi Rp 1,90 triliun. Biaya COGS berhasil dipertahankan pada kenaikan rendah 2% yoy, laba kotor melonjak 26% yoy menjadi Rp 1,10 triliun dengan GPM sebesar 58,2%. Sementara, laba bersih meningkat 36% yoy menjadi Rp 608,5 miliar.

Ezaridho memerinci, pendapatan SIDO turun 20% qoq menjadi Rp 843 miliar di kuartal kedua 2024 karena penjualan lebih rendah secara musiman terutama di segmen herbal & suplemen (-22% qoq) dan Makanan & Minuman (-19% qoq).

Baca Juga: Harga Turun, Ada Rekomendasi Beli Untuk Saham SIDO

Pada kuartal kedua 2024, penjualan segmen Herbal & Suplemen merupakan kontributor utama dengan 60%. Sementara itu, segmen Makanan & Minuman pada kuartal kedua menguasai 38% penjualan.

Namun, secara tahunan, kuartal kedua 2024 menunjukkan momentum pemulihan yang kuat sebesar 12,9% YoY dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan yang stabil pada kuartal kedua 2023.

Analis Indo Premier Sekuritas Lukito Supriadi mengungkapkan, berdasarkan diskusi dengan manajemen SIDO, pertumbuhan segmen Food & Beverages (F&B) akan melebihi pertumbuhan segmen suplemen & herbal di kuartal ketiga 2024. Hal itu mengingat kondisi cuaca yang kering.

Oleh karena itu, Indo Premier Sekuritas memperkirakan sedikit penurunan Margin Bunga Bersih (GPM) secara kuartalan dari bauran produk. Meskipun demikian, biaya input yang lebih rendah dari segmen makanan dan minuman akan menghasilkan peningkatan GPM sebesar 112 bps yoy di kuartal ketiga 2024.

Di sisi lain, SIDO juga dipandang memiliki dampak paling kecil terhadap apresiasi rupiah dibandingkan emiten konsumer lainnya. Hal itu karena sebagian besar bahan baku SIDO bersumber dari lokal (kecuali untuk produk minuman energi).

"Pertumbuhan SIDO diperkirakan berada pada Mid-to-high Single Digit di kuartal ketiga 2024, terlepas dari basis yang rendah di kuartal ketiga tahun lalu," kata Lukito dalam riset 9 Oktober 2024.

Lukito menyarankan buy untuk SIDO dengan target harga Rp 890 per saham. Ezaridho mempertahankan rekomendasi Overweight untuk SIDO dengan target harga ditingkatkan menjadi Rp 750 per saham. Sedangkan, Andreas merekomendasikan buy untuk SIDO dengan target harga sebesar Rp 830 per saham.

Koreksi harga saham baru-baru ini dapat memberikan potensi kenaikan yang lebih besar. Namun waspadai harga bahan baku lebih tinggi dari ekspektasi, dan juga kecilnya pengaruh penjualan di MT dan pasar ekspor.

Di samping itu, perlu diantisipasi permintaan yang lesu di pasar luar negeri, hasil yang rendah sehingga biaya penjualan dan pemasaran terhadap pendapatan lebih tinggi, serta permintaan yang lebih lemah dari yang diantisipasi di musim hujan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi