KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat emiten perbankan yang masuk dalam indeks IDX High Dividend 20 diperkirakan bakal membagikan dividen yang lebih besar tahun ini. Asumsi ini mengingat empat perbankan besar tanah air mencatatkan kinerja yang cukup solid sepanjang tahun lalu. Asal tahu, perbankan
big four yakni PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) kompak mencatatkan kenaikan laba bersih sepanjang tahun lalu. BBNI misalnya, mencatat laba bersih sebesar Rp10,89 triliun sepanjang tahun lalu. Angka ini melesat 232,2% secara tahunan atau
year-on-year (yoy). BMRI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 28,03 triliun, tumbuh 66,8% secara tahunan. Sedangkan BBCA membukukan laba bersih sebesar Rp 31,4 triliun atau tumbuh 15,8% secara tahunan.
Baca Juga: IHSG Anjlok 1,19% ke 6.734 Hingga Tutup Pasar Senin (14/2) Ditambah, tiga dari empat bank tersebut, yakni BBRI, BMRI, BBNI merupakan badan usaha milik negara (BUMN), dimana pemerintah sedang berfokus untuk konsolidasi fiskal. “Sehingga dengan laba bersih yang melonjak, diharapkan setoran dividen juga akan ikut meningkat untuk turut membantu penerimaan negara yakni penerimaan negara bukan pajak (PNBP),” terang Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi kepada Kontan.co.id, Senin (14/2). Sementara untuk BBCA, karena laba bersihnya juga tercatat naik ke level tertingginya, maka jumlah setoran dividen juga bisa ikut naik sampai hampir 30%. Proyeksi ini terjadi apabila memakai asumsi
dividend payout ratio BBCA bisa sampai 50%. “Ini sebenarnya katalis positif untuk big cap banks yang biasanya membagi dividen final di bulan April-Mei,” sambung Tirta. Tahun ini, Tirta masih optimistis laba perbankan besar masih akan tumbuh positif. Sejumlah faktor yang bisa menjadi pendorong antara lain
pertama, strategi
frontloading provisioning. Pencadangan yang memadai membuat ruang untuk
cost of credit bisa diturunkan lagi di tengah tren
non-performing loans (NPL) dan kredit yang direstrukturisasi.
Baca Juga: Bank-Bank Perkuat Bisnis Anak Usaha Modal Ventura Kedua, fokus perbankan di tahun ini adalah mencari aset yang memberikan
yield tinggi, terutama untuk pinjaman (
loan). Dengan likuiditas yang masih memadai, bank bisa menggenjot pertumbuhan kredit. Sementara itu, fokus untuk menguatkan
current account and saving account (CASA) juga menjadi prioritas big bank. Sehingga, cost of fund(CoF) bisa tetap rendah dan
net interest margin (NIM) akan terjaga atau bahkan naik. Di sisi lain, digitalisasi yang semakin masif serta pengembangan ekosistem lewat
partnership juga menjadi senjata perbankan untuk meningkatkan
fee-based income.
Ketiga, faktor aksi korporasi juga bisa menjadi katalis positif, terutama yang ada sangkut pautnya dengan strategi transformasi dan pembentukan digital bank. “Seperti BBNI yang mau mengakuisisi Bank Mayora dan BBRI yang merombak Bank Raya menjadi hybrid bank,” terang Tirta.
Baca Juga: Top Holding Saham Perbankan Jadi Kunci Reksadana Ini Catatkan Kinerja Terbaik Keempat, katalis positif bagi perbankan datang dari aspek
environmental, social, and governance (ESG). Tirta mengatakan, saat ini perbankan mulai berfokus untuk memiliki portofolio
sustainable financing yang bisa mendongkrak rating ESG.Komposisi kepemilikan asing di big bank cukup besar, dan mereka cukup menaruh perhatian (
concern) dengan penerapan ESG “Jadi dengan adanya prioritas tata kelola ESG tersebut juga jadi pendongkrak kinerja saham dan
sustainability kinerjanya,” sambung Tirta. Meski harga saham
big four sepanjang tahun ini sudah naik, Tirta melihat valuasi beberapa saham
big banks seperti BBNI dan BMRI masih
undervalued. Nilai intrinsik BBNI ada di harga Rp 8.500 sedangkan nilai intrinsik BMRI di level Rp 8.900. Dus, harga pasar saat ini masih terdiskon.
Baca Juga: Menyigi Saham Murah Menyambut Rekor Baru IHSG Hanya saja, Tirta menilai saham BBCA sudah tergolong premium. Dus, MNC Sekuritas merekomendasikan
hold saham BBCA dengan target harga Rp 7.900. Sementara Tirta mempertahankan rekomendasi beli saham BBNI dengan target harga Rp 8.500. Namun, pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan bagi emiten perbankan, terlebih saat ini Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga pandemi. Jika kondisi tidak membaik,Tirta menilai hal ini bisa mempengaruhi penyaluran kredit. Loan masih menjadi aset dengan
yield tertinggi dan terbesar. Meskipun dengan likuiditas yang ada, namun diiringi dengan kondisi ekonomi yang masih kurang solid, maka permintaan kredit akan belum begitu terungkit. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati