Kinerja solid pada semester I-2021, ini rekomendasi saham BBCA dari Henan Putihrai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil catatkan kinerja yang solid sepanjang paruh pertama tahun ini. Dari sisi pendapatan, emiten perbankan ini mencatatkan kenaikan pendapatan operasional 2,4% secara year on year menjadi Rp 37,57 triliun.

Sedangkan pendapatan bunga bersih tumbuh 8,8% yoy dari Rp 27,24 triliun menjadi Rp 28,27 triliun. Pendapatan nonbunga turun 1,2% yoy dari Rp 10,32 triliun menjadi Rp 10,21 triliun. 

BBCA berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 14,45 triliun sepanjang semester pertama 2021. Laba bersih BCA meningkat 18,1% secara yoy dibandingkan posisi yang sama senilai Rp 12,24 triliun per akhir Juni 2020.


Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy dalam risetnya pada 23 Juli menuliskan, kenaikan laba BBCA didorong oleh efek low base pada kuartal kedua 2020 seiring adanya pembebanan biaya provisi yang jauh lebih tinggi pada saat itu.

“Sejauh ini, kinerja BBCA sejalan dengan perkiraan dari Henan Putihrai Sekuritas setelah pendapatan bunga bersih dan laba bersih BBCA memenuhi masing-masing 50,8% dan 52% dari proyeksi tahun ini,” tulis Robertus dalam risetnya.

Baca Juga: Penyaluran kredit BCA turun tipis selama semester I

Dari sisi kredit, BBCA mengalami kontraksi 0,3% yoy dari Rp 595,13 triliun menjadi Rp 593,58 triliun sepanjang Juni 2021. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) masih tumbuh 17,5% yoy dari Rp 761,6 triliun menjadi Rp 895,23 triliun di semester 1-2021. 

Sementara dari sisi non performing loan (NPL) bruto naik menjadi 2,4% dari 2,1% pada semester pertama 2020. Lalu, net interest margin (NIM) tercatat turun menjadi 5,25% dari 5,3% pada kuartal sebelumnya.

Robertus masih memandang positif outlook kinerja BBCA ke depan, seiring kemampuan mereka yang masih mencatatkan kenaikan laba bersih di tengah restrukturisasi kredit yang masih berlangsung. Apalagi, dari sisi likuiditas, BBCA masih berlimpah, tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) sebesar 62,4% dengan hanya cost of fund sebesar 1,1%. Sehingga dapat disalurkan lebih jauh ke dalam pinjaman dan obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi. 

“Kami juga berpandangan bahwa rasio CASA yang unggul dibandingkan emiten lain sejenis yang mencapai 77,9% pada semester pertama 2021 berpotensi menurunkan liabilitas bunganya dibandingkan dengan bank-bank BUKU IV lainnya,” imbuh Robertus.

Baca Juga: Laba bersih Bank Central Asia (BBCA) melesat 18,1% pada semester I 2021

Pada tahun ini, BBCA juga sukses meluncurkan aplikasi seluler Blu by BCA Digital (anak perusahaan yang sebelumnya bernama Bank Royal) dan meluncurkan aplikasi seluler MyBCA sebagai langkah awal menuju aplikasi supernya yang direncanakan dapat mendigitalkan merchant-nya. Oleh karena itu, Robertus berpandangan bahwa pendapatan non-bunga BBCA berpotensi tumbuh lebih tinggi di masa mendatang.

Selain itu, BBCA juga tercatat memiliki tingkat kepatuhan ESG yang cukup solid. Robertus menyebut, sebanyak 23,0% dari portofolio pinjaman BBCA, yang mencapai Rp 136,2 triliun (+19,1% yoy), telah disalurkan ke sektor-sektor yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan sosial.

Oleh karena itu, Henan Putihrai Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi beli saham BBCA dengan target harga Rp 37.500 per saham. Jumat (23/7) pukul 10.30 WIB, harga saham BBCA turun 1,62% ke Rp 30.275 per saham.

Selanjutnya: Kinerja BBCA solid di paruh pertama 2021, apa rekomendasi analis?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati