Kinerja Surya Citra bisa terkerek Asian Games



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) sepanjang 2017 cenderung stagnan. Sepanjang sembilan bulan di tahun ini, emiten media ini hanya mencetak kenaikan 0,2% pada pos pendapatan, menjadi Rp 3,42 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu. Tapi, laba bersih emiten yang berbisnis media ini malah terkikis 5,37% dari Rp 1,15 triliun ke Rp 1,09 triliun.

Pencapaian SCMA di kuartal III-2017 cenderung mencemaskan. Maklum, laba bersih perusahaan ini di periode Juli-September 2017 hanya Rp 254 miliar, atau anjlok 53,2% ketimbang kuartal II-2017.

Kinerja buruk SCMA pada kuartal III ini ditengarai karena penurunan jumlah penonton atawa audience share. Jumlah penonton di dua stasiun televisi milik SCMA, yakni Surya Citra Televisi (SCTV) dan Indosiar Visual Mandiri (Indosiar),lebih rendah ketimbang stasiun televisi milik emiten media lainnya.


Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menjelaskan, jumlah penonton pada stasiun televisi milik SCMA mengalami penurunan selepas bulan Maret lalu. Berdasarkan riset yang dirilis 2 November lalu, dia menyebut tingkat audience share SCTV hanya 26% hingga Oktober lalu.

Jumlah tersebut masih di bawah audience share yang dimiliki stasiun televisi milik PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Stasiun televisi swasta ini tetap memimpin pasar dengan penguasaan 36%.

SCTV memang masih berada di posisi kedua, tapi mulai rawan tergusur oleh stasiun televisi milik PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), yang sukses meraup audience share sebesar 25% di bulan Oktober. Ini jadi level terdekat VIVA dengan SCTV.

Plt Kepala Riset Bahana Sekuritas Henry Wibowo berpendapat, jumlah penonton pada stasiun televisi milik SCMA turun karena popularitas program acara sinetron di stasiun televisi tersebut kalah bersaing dengan RCTI maupun sinetron India yang jadi andalan ANTV.

Selain masalah popularitas program acara, Hendry juga melihat industri periklanan yang lesu jadi penyebab laba bersih SCMA tergerus. "Banyak perusahaan yang memilih untuk menahan diri meluncurkan iklan baru di televisi," kata dia.

Prospek 2018

Walau kinerja SCMA cenderung loyo, Henry masih optimistis perusahaan ini dapat mendulang untung di kuartal IV-2017. Alasannya, perusahaan ini sudah mulai meluncurkan sejumlah strategi demi menggaet jumlah penonton yang lebih banyak.

Salah satunya dengan meluncurkan program baru, yang diharapkan jadi stimulus positif jelang akhir tahun. Salah satu program unggulan milik SCTV adalah proyek bertajuk Sinemart Reborn, yang menghadirkan sejumlah sinetron anyar pada waktu prime time, yakni pukul 15.30 WIB hingga pukul 21.30 WIB.

Karena itu, Henry masih optimistis pendapatan SCMA di akhir 2017 bisa mencapai Rp 4,73 triliun dengan laba bersih Rp 1,56 triliun. Tapi target ini sudah mengalami penurunan dibandingkan dengan proyeksi awal Bahana Sekuritas, yakni pendapatan Rp 4,95 triliun dan laba bersih Rp 1,67 triliun.

Di sisi lain, Analis BCA Sekuritas Jennifer F. Yapply bilang, potensi kinerja SCMA bisa membaik di tahun depan. Mengingat tahun depan terdapat banyak gelaran acara yang bisa meningkatkan audience share. Mulai dari Asian Games 2018, Piala Dunia 2018, hingga kegiatan politik seperti pilkada di beberapa daerah.

Keuntungan yang sudah bisa diukur SMCA adalah Asian Games. Mengingat PT Elang Mahkota Teknologi (EMTK) yang menjadi induk SCMA berhasil memenangkan hak siar Asian Games di Jakarta dan Palembang.

Dengan begitu, stasiun televisi yang berada di bawah naungan SCMA akan mendapat hak eksklusif untuk menayangkan ajang olahraga terbesar se-Asia tersebut. "Pendapatan SCMA akan semakin meningkat apabila perusahaan ini juga mampu membeli hak siar Piala Dunia 2018," kata Jennifer.

Di samping itu, antusiasme penonton terhadap penayangan iklan dan program acara yang berkaitan dengan pilkada 2018 diprediksi tinggi. Alhasil, hal tersebut bisa menjadi katalis positif bagi SCMA untuk meningkatkan pendapatan dan laba bersihnya di tahun depan.

Maka dari itu, di tengah penurunan kinerja SCMA, Jennifer masih merekomendasikan buy SCMA dengan target harga Rp 2.300 per saham. Sedang Henry merekomendasikan netral dengan target Rp 2.350 per saham. Adapun Christine memberi rekomendasi trading buy dengan target harga Rp 2.480 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini