KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mengakui bahwa pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak terlalu mempengaruhi keuangan perusahaan. Erlin Budiman, Head of Investor Relations & Corporate Communications Surya Semesta Internusa menjelaskan bahwa resiko kenaikan biaya bahan baku dibebankan kepada pemilik. "Untuk proyek-proyek besar, material yang signifikan seperti besi, beton, itu biasanya disupply oleh owner, sehingga resiko kenaikan harga material sudah dialihkan ke sisi owner," jelasnya saat dihubungi oleh Kontan, Senin (24/6).
Dengan demikian, dia melanjutkan, kenaikan harga material tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap SSIA. Baca Juga: Surya Semesta Internusa (SSIA) Bukukan Penjualan Lahan 121 Hektar per Mei 2024 Pada kuartal I-2024, SSIA mencetak pendapatan konsolidasi sebesar Rp 1,09 triliun atau tumbuh 13,8% secara year on year (yoy) dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 959 miliar. Peningkatan pendapatan tersebut salah satunya didorong oleh pertumbuhan pendapatan segmen perhotelan sebesar 28% yoy menjadi Rp 233,2 miliar per kuartal pertama lalu. Sedangkan untuk segmen bisnis properti dan konstruksi masing-masing meningkat sebesar 24,5% dan 9,6% secara tahunan. Pendapatan SSIA masih ditopang oleh pendapatan properti sebesar Rp 1,09 triliun. Kemudian disusul pendapatan konstruksi Rp 713,1 miliar, dan perhotelan Rp 233,2 miliar. Lalu, laba kotor kuartal I 2024 meningkat sebesar 34,4% YoY menjadi Rp 307,0 miliar, didorong oleh peningkatan laba kotor properti sebesar 71,2% dan peningkatan laba kotor perhotelan sebesar 32,7%. "Tahun ini SSIA menargetkan pendapatan konsolidasi akan meningkat sebesar kurang lebih 23% menjadi Rp 5,6 triliun, dengan laba bersih naik kurang lebih 182% menjadi Rp 500 miliar," jelasnya.
SSIA Chart by TradingView