Kinerja Terusik Beban, Prospek Emiten Menara Telekomunikasi Masih Apik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa kinerja emiten menara telekomunikasi mengalami kontraksi pada kuartal I-2023 akibat peningkatan beban. Meski begitu, sektor infrastruktur ini dinilai masih prospektif.

Contohnya, laba bersih PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) merosot 11,84% secara tahunan menjadi Rp 752,43 miliar. Meski begitu, pendapatan entitas Grup Djarum ini tumbuh 9,36% menjadi Rp 2,86 triliun.

Pendapatan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) juga mengalami penurunan sebesar 1,44% secara tahunan menjadi Rp 1,61 triliun. Alhasil, laba bersih TBIG juga ikut tergerus 20,05% menjadi Rp 332 miliar.


CEO Tower Bersama Infrastructure, Hardi Wijaya Liong menjelaskan pelandaian pendapatan tertekan penurunan bersih penyewaan karena beberapa penyewaan yang habis masa sewanya tidak diperpanjang oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH).

"Karena Indosat Ooredoo Hutchinson mengkonfigurasi ulang jaringan mereka setelah merger antara Indosat dan Hutchison 3 Indonesia,” jelas Hardi kemarin.  

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Mitratel (MTEL) yang Punya Potensi Ekspansi Tinggi

Namun emiten pelat merah, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel berhasil menjaga pertumbuhan kinerjanya. Pendapatan dan laba bersih MTEL masing-masing tumbuh 9,89% dan 9,05% secara tahunan.

Kinerja Mitratel masih ditopang oleh segmen penyewaan menara telekomunikasi. Adapun segmen tower leasing ini berkontribusi sebesar Rp 1,73 triliun atau tumbuh 18,8% secara tahunan.

"Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh penambahan tenant dan kolokasi, termasuk akuisisi menara Indosat pada kuartal pertama tahun ini," kata Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama Mitratel.

Terangkat Berkat Fiberisasi

Research Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia, Leonardo Lijuwardi menjelaskan katalis yang bisa mendorong kinerja para emiten menara ialah efisiensi untuk menekan beban bunga.

Meski begitu, segmen fiber optic dan FTTT para emiten menara bisa menjadi penggerak pertumbuhan baru bagi industri menara di tengah pendapatan dari sewa menara yang tengah stagnan.

 
TOWR Chart by TradingView

"Salah satu hal yang menarik dari industri menara memang adalah segmen fiber optic dan FTTT, yang mana hal ini bisa menjadi main driver growth baru," jelas Leonardo kepada Kontan.

Memang kalau diperhatikan, hanya MTEL yang mampu mempertahankan pertumbuhan sewa menara. Namun tenancy ratio Mitratel masih kalah dengan kompetitornya.

"Jika Mitratel bisa meningkatkan jumlah penyewaan pada menara, tentu merupakan hal yang menarik," ucap pria yang akrab dipanggil Leo.

NH Korindo Sekuritas memilih TOWR dan MTEL sebagai top picks dengan rekomendasi beli. Adapun target harga TOWR di Rp 1.300 dan MTEL di level Rp 865.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari