JAKARTA. Kinerja industri ritel pada tiga bulan pertama tahun ini cukup positif. Contohnya, kinerja PT Trisula International Tbk yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham
TRIS. Pada periode kuartal pertama tersebut, perusahaan meraih penjualan bersih Rp 213,99 miliar, naik 14% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Alhasil, laba bersih pemengang merek fesyen G2000 dan UniAsia ini tumbuh sebesar 32% menjadi Rp 12,56 miliar.
Hanya saja, kenaikan ini lebih didorong oleh penjualan ekspor ketimbang penjualan domestik. Manajemen mengakui jika kondisi pasar domestik sedang kurang cemerlang. Penjualan domestiknya hanya mengalami kenaikan sekitar 10%, sementara ekspor mengalami kenaikan kurang lebih 20%. Kebetulan, 78% dari total penjualan bersih Trisula merupakan penjualan ekspor. "Seperti biasa, setelah Imlek, penjualan domestik lesu, masuk ke suasan
a low season. Nanti jelang bulan puasa kembali menuju peak season. Bulan April ini sudah mulai terlihat, penjualannya lebih bergairah dibanding Maret," jelas Direktur Utama Trisula International, Tjhoi Lisa Tjahyadi kepada KONTAN, (4/5).
Dia menambahkan, kenaikan ekspor itu lantaran ada kenaikan cukup signifikan dari pasar New Zealand. Hal ini diimbangi dengan investasi berupa otomatisasi mesin yang dilakukan manajemen sejak dua tahun lalu sehingga kapasitas produksinya bisa mengalami permintaan tersebut. Kendati demikian, bukan berarti Trisula bakal sepenuhnya mengandalkan pasar ekspor. Sebab, tidak semua permintaan negara asing sebaik permintaan dari New Zealand. Bahkan, permintaannya tidak berbeda jauh seperti di pasar domestik, salah satunya dari pasar Jepang. "Jadi, setiap segmen baik domestik atau ekspor punya targetnya masing-masing karena dari segmen ekspor ada juga yang targetnya tidak tercapai," pungkas Lisa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia