Kinerja Tumbuh, Prospek Emiten Menara Telekomunikasi Positif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten menara telekomunikasi mencatatkan pertumbuhan kinerja sepanjang sembilan bulan pertama di 2022. Para analis menilai prospek industri menara masih positif. 

Sebagai contoh, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel membukukan Rp 5,6 triliun atau naik 11,5% secara tahunan menjadi pada periode hingga kuartal III-2022. Laba bersih MTEL meningkat 18,1% secara tahunan menjadi Rp 1,22 triliun.

Tak hanya Mitratel, pendapatan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) naik 7,67% secara tahunan menjadi Rp 4,92 triliun. Laba bersih bersih TBIG meningkat 12,96% menjadi Rp 1,22 triliun. 


Baca Juga: Geber Akuisisi Menara, Centratama (CENT) Perkokoh Posisi di Peringkat Ketiga

Research Analyst Panin Sekuritas Aqil Triyadi menilai prospek emiten menara masih positif seiringan dengan rencana para perusahan untuk mengembangkan aset fiber optik.  

"Dan diikuti dengan permintaan dari penyewa yang akan menambah kapasitas jaringannya," kata Aqil kepada Kontan.co.id, Senin (28/11). 

Adapun Mitratel menargetkan untuk menyelesaikan pembangunan jaringan fiber optik sepanjang 9.000 kilometer (km) hingga akhir 2022 ini. PT Sarana Tower Menara Tbk (TOWR) juga telah akuisisi aset fiber optik milik PT Alita Praya Mitra sepanjang 10.800 km. 

Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan industri menara telekomunikasi punya ruang banyak untuk terus bertumbuh, yang sejalan dengan permintaan. 

"Permintaan data diperkirakan akan membutuhkan lebih banyak infrastruktur menara dan serat optik melalui built-to-suit dan ekspansi kolokasi," ucap dia. 

Steven menjabarkan tingkat penetrasi koneksi 4G di Indonesia masih lebih rendah sebab baru ada 64% area jangkauan. Nilai itu masih lebih rendah dibanding Malaysia sebesar 80% dan Singapura 81%. 

Baca Juga: Prospek Menara Telko Sedang Turun, Ini Rekomendasi Saham Tower Bersama (TBIG)

Di sisi lain, lanjut dia, perusahaan menara di Indonesia punya profitabilitas yang tinggi dengan 84% margin EBITDA jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan China yang masing-masing 63% dan 58%. 

"Ini dikarenakan belanja modal yang dibutuhkan lebih rendah hanya US$ 42.500 per menara, dibandingkan dengan AS dan China sebesar US$ 225.000 dan US$ 82.500," papar Steven. 

Henan Putihrai Sekuritas memilih MTEL sebagai top picks dengan rekomendasi beli di raget harga Rp 900 per saham. 

Panin Sekuritas merekomendasikan beli TWOR dengan target harga Rp 1.400 per saham. 

Selain itu, Aqil juga merekomendasikan hold TBIG dengan target harga Rp 2.740.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi