Kinerja Turun pada Kuartal III, Sido Muncul (SIDO): Daya Beli Lemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) telah merilis laporan keuangan untuk periode sembilan bulan pertama 2023. Secara keseluruhan, penjualan dan profitabilitas SIDO mengalami penurunan sebagai dampak dari tantangan daya beli yang masih berlanjut dari kuartal sebelumnya.

Merujuk keterbukaan informasi bursa efek Indonesia (BEI) yang dirilis pada Senin (30/10), SIDO membukukan penjualan bersih sebesar Rp 2,36 triliun atau lebih rendah 9,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 

Hingga September 2023, semua segmen bisnis SIDO mencatatkan penurunan penjualan dibandingkan tahun lalu, seperti segmen herbal yang turun 12,1%, segmen makanan & minuman menurun 2,6%, serta segmen farmasi terkontraksi 25,6%. 


Manajemen Sido Muncul mengatakan bahwa daya beli pelanggan terpantau lemah di kuartal III-2023. Kondisi ini disebabkan oleh lonjakan harga beras yang signifikan lebih dari 20% yang menyebabkan peningkatan inflasi pangan di kuartal ketiga. 

Baca Juga: Harga Gula Dunia Naik, Begini Prospek Kinerja Aman Agrindo (GULA) ke Depan

Kenaikan harga beras berdampak pada penurunan permintaan produk kesehatan konsumen, karena konsumen saat ini lebih selektif dalam berbelanja dibandingkan triwulan sebelumnya.

“Saat ini, pelanggan mengarahkan prioritasnya ke kategori makanan dan transportasi sebagai daftar belanja utama mereka,” ungkap manajemen Sido Muncul, dalam keterangannya. 

Meskipun penjualan mengalami pelemahan, perusahaan mampu mempertahankan pangsa pasar yang stabil. Pangsa pasar Tolak Angin tercatat meningkat 1,4% menjadi 73% untuk periode yang berakhir September, dibandingkan tahun lalu sebesar 71%. 

Hal ini menunjukkan ketahanan kekuatan ekuitas merek yang solid, mencerminkan loyalitas pelanggan yang terus memilih Tolak Angin sebagai solusi utama untuk mencegah masuk angin.

Pihaknya memandang, tantangan saat ini merupakan tantangan jangka pendek, yang diperkirakan akan teratasi seiring dengan membaiknya daya beli, dan pelanggan akan kembali mengonsumsi suplemen herbal secara rutin kembali.

Data internal SIDO mencatat, GPM tetap stabil di angka 54% pada 9M23 dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, biaya operasional sedikit lebih tinggi sebesar 2,4%, didorong oleh biaya iklan & promosi yang lebih tinggi untuk mempertahankan pangsa pasar dan menciptakan permintaan di tingkat pelanggan akhir untuk mendukung penjualan. 

Dengan demikian, laba operasional inti dibukukan turun 16%, tidak termasuk kerugian nilai tukar yang belum direalisasi dari bisnis ekspor ke Nigeria.  Sedangkan laba bersih setelah pajak tercatat turun sebesar 18,6% menjadi Rp 586 miliar pada sembilan bulan pertama 2023 dari Rp720 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Pendapatan Offshore Melonjak, Laba Bersih Ekalya Purnamasari (ELPI) Tumbuh Subur

Di tengah tantangan yang ada, SIDO tetap berkomitmen untuk memperluas portofolio produknya, seperti Alang Sari Cool (produk RTD), Sido Muncul Vitamin C+D (produk VCD | RTD), dan Esemag (Herbal). 

Bisnis RTD saat ini berkontribusi sebesar 4% terhadap segmen F&B, didorong oleh sambutan positif terhadap peluncuran Alang Sari Cool dan VCD pada November/Desember tahun lalu. 

“Selain itu, Esemag terus memperoleh pangsa pasar untuk kategori herbal digestion, dari 5% tahun lalu menjadi 6% pada bulan September, dan menempati posisi 5 dalam kategori tersebut,” tandas manajemen SIDO. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi