Kinerja Unilever (UNVR) mengecewakan, BRIDanareksa pangkas target dan rekomendasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melaporkan hasil kinerja semester I tahun 2021 yang mengecewakan. Persaingan bisnis yang ketat ditambah dengan  permintaan yang lemah di tengah perubahan perilaku belanja masyarakat. 

Analis BRIDanareksa Sekuritas Natalia Sutanto dalam riset 26 Juli 2021 menjelaskan, UNVR perlu beradaptasi atas perubahan cara belanja masyarakat untuk mempertahankan posisi terdepan di pasar. "Kamimenurunkan estimasi pendapatan UNVR sebesar 19,6% dan menurunkan rekomendasi saham UNVR menjadi Hold," kata dia dalam riset. 

Sepanjang semester I tahun 2021, UNVR membukukan pendapatan Rp 20,18 triliun turun 7,3% secara year on year (yoy). Sedangkan laba bersih UNVR turun 15,9% menjadi Rp 3,05 triliun. 


Natalia menyebut, divisi home care menghadapi persaingan yang ketat dari merek lokal dan asing. Padahal segmen ini yang sangat sensitif terhadap harga. 

Baca Juga: Kinerja Unilever (UNVR) lesu di paruh pertama 2021, simak rekomendasi analis

Menurut pendapat Natalia, masyarakat kini lebih banyak berbelanja online apalagi dengan banyaknya promosi. "Kami survei pada beberapa produk perawatan kulit lokal, kami menemukan ini bersaing produk memiliki kehadiran yang kuat di saluran ritel digital. Kami pikir ini adalah ancaman yang semakin besar bagi Unilever," jelas dia dalam riset. 

Compound Annual Growth Rate (CAGR) alias tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun pendapatan home personal care (HPC) hanya tumbuh 3,3% dalam periode 2014-2020. Padahal pada periode yang sama CAGR pendapatan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) sebesar 9,5%. 

Tapi dengan ekspektasi aktivitas bisnis yang lebih pesat akan membuat ruang pertumbuhan untuk bisnis makanan dan minuman, sementara konsumsi di rumah saja juga akan memberikan dukungan. 

Pendapatan UNVR pada tahun 2021 diperkirakan lebih rendah. "Kami memperkirakan pada tahun ini pendapatan UNVR akan turun menjadi Rp 40,3 triliun dari proyeksi sebelumnya Rp 44,86 triliun," proyeksi Natalia. Sementara laba bersih UNVR juga dipangkas dari semula Rp 7,58 triliun menjadi Rp 6,09 triliun. 

Ke depan, UNVR harus berusaha mendorong penjualan melalui saluran digital. UNVR  menargetkan 15% dari total penjualan pada tahun 2025 dari posisi saat ini 3%-4% dari penjualan digital.

Namun di tengah harga komoditas yang lebih tinggi terutama CPO dan minyak mentah, kondisi penjualan menjadi menantang. "Kami memperkirakan UNVR harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi,  sehingga margin kotor di tahun 2021 lebih rendah sebesar 50,2%," kata Natalia. Pada semesterI tahun ini, gross margin UNVR sebesar 50,8% lebih rendah dari periode sama tahun 2020 sebesar 51,4%. 

Baca Juga: Pemicu kinerja Unilever Indonesia (UNVR) tertekan dalam selama pandemi

Efisiensi UNVR memang masih terus berlanjut namun, laba bersih UNVR akan lebih rendah 15% secara yoy menjadi Rp 6,1 triliun. Proyeksi ini pun telah direvisi turun 19,6%. UNVR berencana memanfaatkan segmen premium, yang memiliki potensi kenaikan pertumbuhan kuat. 

Target kinerja yang dipangkas membuat BRIDanareksa merevisi turun target harga saham UNVR menjadi Rp 4.500 dari sebelumnya Rp 7.500 per saham. Ini mencerminkan PER 2021 - 2022 sebesar 28,2 - 26,7x. "Kami menurunkan asumsi pertumbuhan margin dan kami menurunkan rekomendasi saham UNVR menjadi  HOLD," kata Natalia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana