Kinerja Vale Indonesia Tak Sesuai Harapan, Bagaimana Rekomendasikan Saham INCO?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)  berhasil mencetak kenaikan laba bersih dan pendapatan sepanjang 2022. Namun, realisasi ini masih berada di bawah ekspektasi analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap.

INCO mencatatkan laba bersih senilai US$ 200,32 juta sepanjang tahun 2022. Realisasi ini naik 19,80% dari laba bersih yang didapatkan pada tahun 2021 sebesar US$ 167,20 juta.

Menurut Juan, realisasi laba bersih INCO berada jauh di bawah estimasi, yakni hanya mewakili 68,8% dari proyeksi Samuel Sekuritas dan mencerminkan 85,3% dari estimasi konsensus. 


Juan menilai, kinerja laba yang kurang memuaskan ini terutama disebabkan oleh biaya energi yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal keempat 2022, dimana harga rata-rata batubara dan solar naik masing-masing sebesar 11,6% dan 3,1% secara kuartalan. INCO juga melaporkan kenaikan biaya lain-lain, terutama karena biaya pengembangan proyek.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham AUTO dari Analis Binaartha dan Phintraco Berikut Ini

Dari sisi topline, emiten produsen nikel dalam matte ini membukukan penjualan sebesar US$ 1,17 miliar pada tahun 2022, naik 24% dari penjualan yang tercatat pada tahun 2021 sebesar US$ 953,2 juta.

Realisasi pendapatan INCO memang masih sejalan dengan estimasi konsensus, yang mana mewakili 98,8% dari proyeksi konsensus. Akan tetapi, pendapatan INCO berada di bawah estimasi Samuel Sekuritas, yang hanya mencerminkan 93,8% dari estimasi

Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi hold saham INCO dengan target harga Rp 7.350, dengan mempertimbangkan beberapa faktor.

Pertama, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) yang lebih rendah karena harga nikel yang lebih rendah. Kedua, volume penjualan yang lebih tinggi. Ketiga, potensi pendapatan yang lebih besar dari proyek yang akan datang. 

Baca Juga: Harga Saham MIDI & BMRI Akan Dipecah Jadi Lebih Kecil, Investor Perlu Beli Atau Jual?

“Risiko dari rekomendasi ini adalah harga nikel global yang lebih rendah dari perkiraan serta perubahan regulasi,” tulis Juan dalam risetnya, Senin (20/2).

 
INCO Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hasbi Maulana