NEW YORK. Pelaku pasar global merasakan kecemasan besar pada bulan Januari. Tak mengherankan jika kinerja Wall Street di sepanjang bulan lalu tidak cantik. Lihat saja, meski berhasil ditutup dengan lompatan 397 poin pada akhir pekan lalu (29/1), namun, sepanjang Januari indeks Dow Jones mencatatkan penurunan sebesar 5,5%. Ini merupakan penurunan bulanan terbesar sejak akhir Agustus lalu. Kinerja Nasdaq bahkan lebih buruk. Indeks ini anjlok hampir mencapai 8% pada bulan lalu. Dapat dikatakan, performa Nasdaq merupakan yang terburuk sejak Mei 2010.
Market global pada Januari lalu memang ditandai dengan sejumlah sentimen buruk. Beberapa di antaranya adalah kecemasan akan perlambatan ekonomi China serta melorotnya harga minyak dunia. Bahkan Peter Kenny, pengamat market independen Wall Street mendeskripsikan hal ini sebagai drama yang menegangkan. Dia merujuk anjloknya harga minyak dunia serta merosotnya pasar saham China sebagai kecemasan utama pelaku pasar. "Sangat jelas, Januari merupakan bulan yang buruk. Aksi jual yang terjadi lebih disebabkan oleh sentimen dibanding dengan adanya perubahan fundamental," jelas Russ Koestrich, global chief investment strategist BlackRock. Namun, berita buruk bagi investor AS akhirnya berakhir. Terbukti, indeks Dow Jones berhasil ditutup dengan penambahan 1.015 poin dibanding posisi terendahnya pada 20 Januari lalu di level 15.451. Rebound bursa AS didorong oleh sejumlah faktor, termasuk adanya kesadaran bahhwa jika AS berhasil menghindari resesi, saham-saham yang sebelumnya terpukul akan menjadi sebuah kesempatan emas.