KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan infrastruktur yang tengah digelar pemerintah masih akan menopang kinerja PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) di tahun ini. Berbekal sejumlah proyek anyar, para analis masih yakin emiten konstruksi pelat merah ini mampu melanjutkan kinerja apiknya. Ini sudah terlihat dari kinerja emiten ini di kuartal I-2018. Pendapatan WIKA di periode ini melejit 64% jadi Rp 6,26 triliun. Namun lonjakan beban pokok pendapatan membuat laba bersih WIKA ambles 35% menjadi Rp 171,22 miliar. Tapi analis Samuel Sekuritas Indonesia Akhmad Nurcahyadi, dalam riset yang dirilis 16 Juli lalu, melihat, kontrak baru yang telah dikantongi WIKA pada semester I-2018 masih mampu menjaga kinerja WIKA ke depan.
Asal tahu saja, sepanjang paruh pertama tahun ini, perusahaan milik pemerintah ini berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp 20,56 triliun. Walau angka ini turun tipis dari periode yang sama di 2017, yakni Rp 20,86 triliun, tapi jumlah itu sudah setara 35,9% dari target 2018, yakni sebanyak 57,24 triliun. Ada beberapa proyek anyar yang didapat WIKA. Antara lain pembangunan Terminal Kijing, Mempawah, dengan nilai Rp 2,49 triliun, pembangunan jalan layang Teluk Lamong, Surabaya sebesar Rp 1,19 triliun dan Dermaga Pelabuhan Patimban, Subang sebanyak Rp 727 miliar. Selain itu, perusahaan ini juga mendapat kontrak baru dari PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II), yang nilainya mencapai Rp 1,02 triliun. Ada tiga proyek pelabuhan anyar yang diperoleh oleh WIKA.
Pertama, pelabuhan Bagendang di Sampit.
Kedua, pelabuhan Bumiharjo di Kumai.
Ketiga, terminal Kalibaru Barat di Semarang. "Perolehan kontrak baru tersebut akan mendorong kinerja WIKA sesuai dengan proyeksi," jelas Akhmad. Senada,
Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya juga mengatakan, kontrak baru WIKA akan membawa dampak yang positif. Hanya saja, WIKA tidak akan langsung merasakan dampak dari kontrak baru tersebut. "Kalau secara umum, kontrak tersebut pasti memberikan efek positif, tapi akan membutuhkan waktu sampai dampaknya terlihat di kinerja keuangan," jelas dia. Meski begitu, William tetap meyakini kinerja keuangan WIKA di kuartal tiga tahun ini akan lebih baik. Pasalnya, perusahaan ini telah mendapat pembayaran dari pengerjaan proyek konstruksi, yang biasanya jelang akhir tahun sudah setengah jalan. Pencairan dana Walau diselimuti sentimen positif, investor sempat was-was melihat prospek kinerja WIKA. Sekadar mengingatkan, pencairan dana pinjaman untuk pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dari China Development Bank (CDB) sempat tertunda. Untungnya, di Mei lalu, WIKA berhasil mendapat dana segar dari pencairan dana tahap I sebesar US$ 170 juta, atau setara dengan Rp 2,28 triliun. Dana itu digunakan untuk mendanai pekerjaan struktur, arsitektur, lanskap serta mekanikal dan elektrikal WIKA di proyek kereta cepat.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan menghubungkan empat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Walini dan Tegalluar Bandung sepanjang 142,3 km. Kini WIKA tengah menanti pencairan dana tahap II sebesar US$ 1,1 miliar dan tahap III senilai US$ 500 juta Jika pencairan dana ini mulus, maka kinerja WIKA tak terbendung. Akhmad memprediksi, pendapatan WIKA di akhir 2018 bisa mencapai Rp 30,69 triliun, dengan laba bersih Rp 1,46 triliun. Akhmad memberi rekomendasi beli saham perusahaan pelat merah ini, dengan target harga Rp 1.850 per saham. Serupa, William dan analis Indopremier Sekuritas Joey Faustian juga menyarankan beli saham perusahaan BUMN ini. Keduanya memberikan target harga, masing-masing di Rp 2.400 per saham dan Rp 2.900 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati