JAKARTA. Kinerja apik dibukukan emiten sektor perbankan pada kuartal I 2014. Tanpa ingin membatasi kegembiraan, emiten perbankan kini patut waspada dengan ancaman likuiditas. Memang patut diapresiasi saat PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mampu mencetak laba bersih Rp 3,66 triliun di kuartal I 2014, atau tumbuh 26,7% year on year (yoy). Demikian juga kesuksesan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencetak pertumbuhan laba sebesar 17,9% menjadi Rp 5,01 triliun. Analis Sucorinvest Central Gani Isfhan Helmi mengingatkan, tantangan terbesar sektor perbankan saat ini adalah likuiditas. Di kuartal I-2014, rata-rata emiten perbankan membukukan loan to deposit ratio (LDR) mendekati 90%, di tengah pertumbuhan kredit rata-rata sebesar 19%-20%. Isfhan memperkirakan, pertumbuhan kredit akan melambat di semester kedua, demi menjaga likuiditas. “Hanya bank dengan LDR di bawah 85% yang masih bisa mempertahankan pertumbuhan kredit, meski likuiditas makin ketat,” terang Isfhan, akhir pekan lalu (2/5).
Kini persoalannya adalah likuiditas
JAKARTA. Kinerja apik dibukukan emiten sektor perbankan pada kuartal I 2014. Tanpa ingin membatasi kegembiraan, emiten perbankan kini patut waspada dengan ancaman likuiditas. Memang patut diapresiasi saat PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mampu mencetak laba bersih Rp 3,66 triliun di kuartal I 2014, atau tumbuh 26,7% year on year (yoy). Demikian juga kesuksesan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencetak pertumbuhan laba sebesar 17,9% menjadi Rp 5,01 triliun. Analis Sucorinvest Central Gani Isfhan Helmi mengingatkan, tantangan terbesar sektor perbankan saat ini adalah likuiditas. Di kuartal I-2014, rata-rata emiten perbankan membukukan loan to deposit ratio (LDR) mendekati 90%, di tengah pertumbuhan kredit rata-rata sebesar 19%-20%. Isfhan memperkirakan, pertumbuhan kredit akan melambat di semester kedua, demi menjaga likuiditas. “Hanya bank dengan LDR di bawah 85% yang masih bisa mempertahankan pertumbuhan kredit, meski likuiditas makin ketat,” terang Isfhan, akhir pekan lalu (2/5).