Kino Indonesia (KINO) akui penjualan di kuartal II relatif berat karena ada PSBB



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada tiga bulan pertama tahun ini PT Kino Indonesia Tbk (KINO) mencatatkan pertumbuhan 11% yoy menjadi Rp 1,11 triliun. Adapun di kuartal II 2020 ini meski sentimen corona semakin memberatkan KINO karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) manajemen Kino tetap berjibaku mempertahankan kinerjanya. 

Direktur Kino Indonesia, Budi Mulyono menjelaskan penjualan di kuartal II akan relatif berat dibandingkan kuartal I karena PSBB baru diberlakukan di awal Q2 membuat aktivitas ekonomi tidak banyak berjalan dan minat berkurang dibanding tahun sebelumnya. 

Baca Juga: Kino Indonesia (KINO) berkomitmen bayar THR Lebaran tahun ini


"Sehingga penjualan triwulan II akan terpengaruh dibandingkan triwulan I tahun ini. Namun kami akan berupaya agar dapat tetap mempertahankan tingkat penjualan tersebut," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (12/5).  

Sektor andalan KINO di tahun ini masih belum berubah dari sebelumnya yakni sektor personal care dan beverage. Budi menyatakan Kino Indonesia akan fokus penjualan hand sanitizer karena sejauh ini permintaan masih cukup tinggi. 

Oleh karena itu, Kino Indonesia masih optimistis dengan pertumbuhan yang dibidiknya pada awal tahun yakni penjualan tumbuh 15% dan laba 30% di 2020. "Kami tetap menargetkan tingkat pertumbuhan tersebut dengan tetap berusaha menggapai market dan lebih gigih berjuang di market," ungkap Budi. 

Lirik sektor makanan 

Di awal 2019 Kino Indonesia mengakuisisi penuh atas saham PT Kino Food Indonesia untuk memacu segmen bisnis makanan. Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, Kino Food Indonesia semula bernama PT Morinaga Kino Indonesia. 

Baca Juga: Pendapatan KINO masih menanjak di kuartal pertama 2020, simak rekomendasi analis

Adapun pada 14 Januari 2019 Kino Indonesia meneken Sale and Purchase of Share Agreement (SPA) atau Perjanjian Jual-Beli dengan Morinaga & Co. Ltd. Kino Indonesia membeli seluruh kepemilikan saham Morinaga & Co. atas Kino Food Indonesia senilai Rp 74,89 miliar. Sumber dananya dari sisi perolehan initial public offering (IPO) dan kas internal.

Budi mengatakan Kino Indonesia melihat potensi di sektor snack/food masih sangat tinggi sehingga perusahaan melakukan penambahan saham tersebut supaya dapat membantu pertumbuhan kinerja di masa mendatang. 

Namun sayang, meski mereka membidik sektor ini Budi belum bisa memproyeksi lebih lanjut. Katanya, kontribusi segmen food ke angka konsolidasi KINO baru sekitar 9%-10% dari penjualan. "Jadi untuk keseluruhan Kino akan tetap lebih didominasi oleh sektor personal care dan beverage," kata Budi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .