KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2022 menjadi periode yang suram bagi PT Kino Indonesia Tbk (
KINO). Emiten barang konsumen ini berbalik menanggung kerugian yang menggunung, mencapai Rp 957,02 miliar. Padahal, pada tahun 2021, KINO masih bisa membukukan kinerja positif. Laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk KINO tahun 2021 tercatat Rp 105,04 miliar dengan laba neto senilai Rp 97,82 miliar. Pada periode tahun 2022, KINO mencatatkan laba neto yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali sejumlah Rp 6,73 miliar. Sehingga secara pembukuan KINO menderita rugi neto sebesar Rp 950,28 miliar pada tahun 2022.
Baca Juga: Kino Indonesia (KINO) Dorong Penjualan Ekspor di 2023 Bottom line KINO tumbang tertimpa
top line yang ambles 8,56% secara tahunan (
Year on Year/YoY). KINO meraup penjualan senilai Rp 3,63 triliun pada tahun 2022, berbanding Rp 3,97 triliun pada periode 2021. Penjualan KINO didominasi oleh segmen produk minuman senilai Rp 2,07 triliun atau berkontribusi 57% terhadap total top line pada tahun lalu. Penjualan minuman masih mampu tumbuh 11,29% (YoY).
Penjualan segmen makanan hewan bahkan mengalami lonjakan signifikan dari Rp 974,60 juta menjadi Rp 7,55 miliar. Hanya saja, penjualan pada tiga segmen lainnya yakni perawatan tubuh, makanan, dan farmasi anjlok masing-masing 22,72%, 31,90%, dan 64,35%. Dari sisi pemasaran, penjualan domestik mendominasi dengan kontribusi Rp 3,41 triliun, merosot 6,57% (YoY). Sedangkan penjualan ekspor berkontribusi sebesar Rp 213,26 miliar atau mengalami penurunan 34,55% (YoY). Meski penjualan merosot, namun beban pokok penjualan KINO justru meningkat 6,42% (YoY) menjadi Rp 2,32 triliun. Hasil ini membuat laba kotor KINO ambles 27,37% (YoY) menjadi Rp 1,30 triliun.
Baca Juga: Simak Jurus Kino Indonesia (KINO) Mengarungi Bisnis Tahun Ini Kondisi ini diperparah dengan lonjakan pada berbagai pos beban. Seperti pada beban penjualan yang meningkat 7,87% (YoY) menjadi Rp 1,37 triliun pada tahun lalu. Beban umum dan administrasi, beban bunga, hingga beban pajak penghasilan juga kompak membengkak. KINO juga membukukan penurunan nilai aset tetap, beban administrasi bank, penurunan nilai aset tak berwujud, dan penghapusan aset tak berwujud. Sebaliknya, pada tahun 2022 KINO tidak mencatatkan pemulihan provisi ECL. Sedangkan pada tahun 2021 KINO mencatatkan pemulihan provisi ECL sebesar Rp 90,27 miliar.
Akumulasi dari perhitungan tersebut membuat kinerja KINO berbalik dari laba neto Rp 97,82 miliar pada 2021 menjadi rugi neto Rp 950,28 miliar sepanjang tahun lalu. Hasil ini membuat KINO mencatatkan rugi per saham dasar yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 687. Padahal sebelumnya KINO memiliki laba per saham dasar senilai Rp 74 pada 2021. Per 31 Desember 2022, KINO memiliki total aset sejumlah Rp 4,67 triliun. Total liabilitas KINO sebesar Rp 3,14 triliun dan total ekuitas senilai Rp 1,53 triliun. KINO memiliki kas, setara kas dan cerukan akhir tahun sebesar Rp 176,80 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli