KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk (KINO) masih fokus di bisnis minuman energy. Perusahaan optimistis segmen ini akan bertumbuh. Harry Sanusi, President Director and Chief Executive Officer PT Kino Indonesia Tbk (KINO) menjelaskan pasar minuman energi dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan 5%. Namun Harry mengaku secara industri pasar minuman keseluruhan sedang stagnan. "Tapi pasar minuman energi di Indonesia tetap menarik karena segmennya ada di masyarakat kelas bawah. Sehingga tetap market opportunity besar," kata Harry kepada KONTAN, Rabu (14/11). Menurutnya perlu ada celah inovasi untuk industri minuman energi kembali terangkat. Meski kondisi demikian, Harry mengaku KINO tetap akan serius di industri minuman energi. Harry menjelaskan secara volume dan nilai jenis minuman energi tipe ready to drink (RTD) saat ini menyumbang 60% dari total penjualan minuman energi di Indonesia. Sedangkan 40% masih berupa bubuk (powder). Saat ini produk yang diandalkan KINO masih di segmen RTD lewat merk Panther. "Market Share Panther di Energy RTD pada tahun 2018 mencapai 10%," kata Harry. Secara keseluruhan KINO memprediksi penjualan akan tumbuh 12% pada tahun ini. Dari sisi bottom line, perusahaan ini memproyeksikan pertumbuhan 30%. "Proporsi pendapatan dari segmen beverages masih 30% dan kami optimistis cuaca yang masih cenderung panas mendorong permintaan," ungkapnya.
Kino Indonesia (KINO) optimistis bisnis minuman energi masih tumbuh
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk (KINO) masih fokus di bisnis minuman energy. Perusahaan optimistis segmen ini akan bertumbuh. Harry Sanusi, President Director and Chief Executive Officer PT Kino Indonesia Tbk (KINO) menjelaskan pasar minuman energi dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan 5%. Namun Harry mengaku secara industri pasar minuman keseluruhan sedang stagnan. "Tapi pasar minuman energi di Indonesia tetap menarik karena segmennya ada di masyarakat kelas bawah. Sehingga tetap market opportunity besar," kata Harry kepada KONTAN, Rabu (14/11). Menurutnya perlu ada celah inovasi untuk industri minuman energi kembali terangkat. Meski kondisi demikian, Harry mengaku KINO tetap akan serius di industri minuman energi. Harry menjelaskan secara volume dan nilai jenis minuman energi tipe ready to drink (RTD) saat ini menyumbang 60% dari total penjualan minuman energi di Indonesia. Sedangkan 40% masih berupa bubuk (powder). Saat ini produk yang diandalkan KINO masih di segmen RTD lewat merk Panther. "Market Share Panther di Energy RTD pada tahun 2018 mencapai 10%," kata Harry. Secara keseluruhan KINO memprediksi penjualan akan tumbuh 12% pada tahun ini. Dari sisi bottom line, perusahaan ini memproyeksikan pertumbuhan 30%. "Proporsi pendapatan dari segmen beverages masih 30% dan kami optimistis cuaca yang masih cenderung panas mendorong permintaan," ungkapnya.