Kino Indonesia (KINO) targetkan bisnis makanan dan minuman sumbang 40% pendapatan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk (KINO) nilai industri makanan dan minuman masih akan terus bertumbuh hingga tutup tahun nanti. Kino memproyeksikan sektor makanan dan minuman akan berkontribusi 40% dari total pendapatan tahun ini.

Budi Muljono, Direktur Keuangan PT Kino Indonesia Tbk menyebutkan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, Kino masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan dari sektor makanan dan minuman dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Walaupun begitu, pihaknya tak melihat tren tersebut aman-aman saja.

Ia menyebutkan tantangan saat ini dari kondisi makro Indonesia yang relatif masih lemah karena faktor shifting pembelian konsumen.

Hanya saja, pihaknya sejauh ini berhasil mengatasi dengan berbagai strategi pemasaran yang dilakukannya. Akibatnya, hingga kuartal III-2019 total pendapatan dari lini bisnis makanan dan minuman perusahaan masih tumbuh.

Baca Juga: KINO Memperkuat Penjualan di Platform Digital

"Penyebabnya sederhana, permintaan naik karena aktivitas pemasaran yang kami lakukan," ujarnya kepada  kontan.co.id , Rabu (2/10).

Berdasarkan catatan  kontan.co.id , emiten dengan kode saham KINO di Bursa Efek Indonesia ini memang getol ekspansi dalam rangka melebarkan sayap distribusi, pemasaran, dan penjualan. Salah satunya dengan akuisisi perusahaan luar negeri yang dilakukan pada Juli lalu.

Dengan demikian, KINO memproyeksikan sektor bisnis tersebut akan berkontribusi 40% dari total pendapatan tahun ini yang proyeksinya tumbuh 30% secara tahunan (yoy). 

Menilik laporan keuangan KINO, tercatat sepanjang semester I lini bisnis minuman mencatatkan pertumbuhan. Sayangnya, sektor makanan tak mengikuti.

Adapun sektor minuman berkontribusi Rp 832,51 miliar atau tumbuh 19,61% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 696,04 miliar. Kemudian, dari sektor makanan tercatat turun 4,35% menjadi Rp 180,31 miliar dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 188,52 miliar.

Budi melanjutkan, penurunan di sektor makanan lantaran KINO masih dalam masa transisi. Menurutnya, bisnis makanan tahun ini sedang melalui periode transisi karena sebelumnya majority shareholder-nya adalah partner KINO dari Jepang dan sudah buyout di semester I-2019.

Baca Juga: Strategi Kino Indonesia (KINO) penetrasi pasar consumer goods lewat e-commerce

Karenanya, ada perubahan struktur yang cukup besar di dalam perusahaan sehingga memang perlu waktu untuk pemulihan.

Walau begitu, Budi menegaskan hingga tutup tahun nanti sektor makanan akan tumbuh dibandingkan capaian tahun lalu. 

"Proyeksi kontribusi dari sektor makanan akan tumbuh dibandingkan 2018," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi