KINO optimistis pendapatan bisa tumbuh 15%-20% di tahun depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek penjualan consumer goods dalam negeri di tahun 2020 nanti dinilai masih positif. Tak heran, produsen seperti PT Kino Indonesia Tbk (KINO) akan lebih ekspansif lagi di tahun depan.

Perusahaan juga membidik pertumbuhan pendapatan sekitar 15%-20% pada tahun 2020 dibandingkan capaian tahun ini yang ditargetkan tumbuh hingga 30% atau sekitar Rp 4,68 triliun. Maka dengan target tersebut diproyeksikan pendapatan bersih KINO tahun depan mencapai level Rp 5,38 triliun hingga Rp 5,61 triliun.

Baca Juga: Balmer Lawrie Indonesia berinovasi untuk penuhi kebutuhan pasar


Target tersebut, menurut Budi Muljono, Direktur Keuangan KINO dapat diantisipasi lantaran sampai periode kuartal ketiga tahun ini penjualan perseroan mampu tumbuh tinggi. Dimana sampai triwulan ketiga tahun ini perseroan membubuhkan kenaikan penjualan 33,85% year on year (yoy) menjadi Rp 3,48 triliun.

Meskipun, dari segi tren, menurut Budi yang mengutip riset AC Nielsen beberapa tahun ini pertumbuhan consumer goods relatif datar. Bahkan industri berhadapan dengan tantangan kenaikan harga listrik, iuran jaminan kesehatan dan bahan pokok yang tentunya berpengaruh pada daya beli masyarakat.

"Namun kami sendiri optimis untuk tetap bisa mencatatkan pertumbuhan yang baik karena segmen kami masih belum mencapai maturity level sehingga kesempatan tumbuh masih tinggi," ungkap Budi kepada Kontan.co.id, Rabu (18/12).

Baca Juga: Permintaan meningkat, Polygon rilis sepeda elektrik generasi kedua

Lantaran terbilang pemain tengah di consumer goods, KINO masih dapat menggenjot produknya di pasaran dan memaksimalkan segmen yang digeluti.

Segmen terbesar yang menjadi pondasi bisnis KINO ialah perawatan tubuh (personal care) dan minuman yang menyumbang hingga 83% dari total revenue pada kuartal-III 2019.

Budi menyebutkan perusahaan memiliki ketahanan yang relatif lebih baik dalam hal menghadapi kelesuan pasar barang konsumer dibanding kompetitornya.

Dimana KINO memiliki produk-produk seperti misalnya vitamin rambut yang masih memiliki tingkat penetrasi industri rendah di segmen perawatan dan pemeliharaan tubuh (personal care).

Baca Juga: Latinusa (NIKL) targetkan pertumbuhan 7%-10% di tahun depan

Sementara di segmen minuman, perusahaan hanya memasarkan produk minuman ringan bukan air mineral yang marginnya dikenal rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi