Kiprah UMKM Hijau, Berbisnis Sambil Menjaga Alam dan Lingkungan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Rudi Sutedi dan Siti Rohana sudah sibuk melayani masyarakat yang datang ke Berkah Usaha Bersama (BUB) di RW 12, Kebon Baru, Tebet, Jakarta.  

Saat Tim KONTAN Jelajah Ekonomi Hijau berkunjung ke bank sampah tersebut, Jumat (12/8), tampak lima warga mengantre menimbang barang yang sudah dipilah.  

BUB adalah  bagian Nara Synergy. Sementara Nara Synergy merupakan bagian Nara Kreatif, kewirausahaan sosial yang  fokus  menjawab permasalahan angka putus sekolah.  Sayap bisnis Nara Kreatif mengepak pada usaha pengelolaan sampah dan lingkungan. 


Didirikan tahun 2013 oleh Nezatullah Ramadhan, Nara Kreatif merupakan jawara Wirausaha Sosial Mandiri 2014 bidang usaha kreatif pengelolaan limbah organik. Sejak 2013, sudah sekitar 2.000 anak didik  dibina dan lulus 1.300 peserta. Saat ini program pendidikan Nara Kreatif diikuti 500 anak didik di 20 titik Jakarta Timur dan Selatan.

Selain menggarap bank sampah di Kebon Baru dan Mampang Prapatan dengan Nara Synergy, Bank Mandiri juga mendukung program pendidikan gratis Nara Kreatif. Di sana, ada 100 peserta didik. "Jadi secara bisnis dan lingkungan dapat, dampak sosial  menyekolahkan anak-anak dan warga sekitar Kelurahan Mampang dan Kebon Baru juga dapat," kata Kepala Sekolah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nara Kreatif, Ani Nur. 

Masih dari binaan Bank Mandiri, ada Ghawean Dewe yang merupakan UMKM dengan produk utama baju batik anak-anak dan aksesori. Produk-produk  ini menggunakan bahan kain batik bekas atau perca.

Dari sebuah gang kecil daerah Kwitang, Jakarta Pusat, Ghawean Dewe mengurangi sampah sekaligus mendatangkan fulus. "Yang dibuang di tong sampah, tadinya  sekarung jadi tinggal plastik seperempat kilo," kata Founder Ghawean Dewe, Dewi Astuti.

Ada lagi  kisah binaan Bank Mandiri lain, Inen Kurnia, pemilik Inen Signature yang berbisnis ecoprinting. Inen menjual harga mulai dari Rp 150.000  yaitu topi, produk termahal terusan wanita seharga hampir Rp 2,5 juta. Produk itu terjual di Belanda. "Omzet kita bisa sekitar Rp 70 juta per bulan," kata Inen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian