Kirana Megatara genjot produksi karet



JAKARTA. Perusahaan produsen karet remah (crumb rubber processor), PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) akan menggenjot kinerja tahun ini. KMTR akan meningkatkan produksi karet pada pabrik yang dimiliki sehingga bisa meningkatkan penjualan. Jenny Widjaja Direktur Keuangan KMTR menyatakan pihaknya menargetkan bisa memproduksi 500 ribu ton karet pada tahun ini. Dari jumlah produksi tahun lalu yang berkisar 440 ribu ton. Saat ini, Kirana Megatara memiliki kapasitas produksi dari pabrik yang dimiliki sebesar 720 ribu ton karet remah per tahun. "Jadi utilisasinya mungkin baru sekitar 80%, belum mentok," ujar Jenny di BEI, Jakarta, Senin (19/6). Saat ini, perusahaan memiliki 15 pabrik pengolahan karet yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan Barat. Manajemen saat ini juga tengah melakukan relokasi dua pabrik baru, yakni di Langkat dan Lampung "Dengan relokasi dua pabrik ke lokasi yang lebih besar, kapasitas bisa 780 ribu ton sehingga volume produksinya masih bisa bertambah lagi," tambahnya. Selain melalui relokasi pabrik, Kirana Megatara juga meningkatkan kapasitas produksi dari pabrik yang sudah ada. Perusahaan ini juga sudah mengakuisisi 3 pabrik lainnya di wilayah Lampung, Bangka, dan Jambi. Peningkatan kapasitas tersebut dilakukan dalam lima tahun terakhir ini. Saat ini, emiten juga mengelola 3.370 hektare kebun karet. Jumlah tersebut masih minim bila dibandingkan dengan permintaan produksi karet itu sendiri. Untuk itu, Kirana bermitra dengan petani lokal dan pedagang di sekitar pabrik produksi. "Bisa dikatakan hampir 99% kebutuhan kami dari membeli. Kebun kami enggak sampai 1% dari kebutuhan kami," tambahnya. Tahun ini, KMTR menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 100 miliar - Rp 150 miliar. Belanja modal ini digunakan untuk relokasi pabrik. Selain itu, belanja modal juga digunakan untuk melakukan perawatan dari pabrik yang ada, dan untuk perawatan tanaman yang belum menghasilkan. KMTR membidik laba bersih tahun ini bisa meningkat 50%. Pada tahun 2016, emiten ini membukukan laba bersih sebesar Rp 209,92 miliar. Sehingga laba bersih tahun ini, diprediksi bisa mencapai lebih dari Rp 300 miliar. "Kami bisa menaikkan profit 50% karena memang kuartal 1 angkanya cukup bagus," ujar Jenny Widjaja. Dia menyatakan, dengan target produksi sebanyak 500 ribu ton karet, dengan harga US$ 1,5 per kg, bisa mendapatkan penjualan sebesar US$ 800 juta. Dibandingkan tahun lalu dengan volume sebesar 440 ribu ton dengan harga US$ 1,3 per kg, mendapatkan penjualan hampir mencapai US$ 600 juta. "Tahun lalu harga karet US$ 1,37 per kg tapi di kuartal IV-2016, sempat naik menjadi US$ 2 per kg. Kalau sekarang harga rata-rata mungkin US$ 1,5 per kg meski turun dibandingkan akhir tahun lalu tetapi secara rata-rata tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan