KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan perkebunan karet, PT Kirana Megatara Tbk (KMTR), menikmati berkah hasil menyadap karet. Emiten dengan kode saham KMTR ini membukukan lonjakan pendapatan dan laba. Tahun lalu, KMTR mencatatkan pendapatan sekitar Rp 12,10 triliun atau naik 57,41% dibanding dengan tahun 2016 yang senilai Rp 7,69 triliun. Bahkan laba bersihnya melonjak 101,61% menjadi sekitar Rp 423,17 miliar. Direktur Utama KMTR Martinus Subandi Sinarya mengatakan, kenaikan pendapatan tahun 2017 ditopang kenaikan volume penjualan. Tahun 2016, KMTR menjual 440.000 ton, dan tahun lalu naik menjadi 525.000 ton.
Selain volume penjualan, kenaikan harga rata-rata karet turut menopang kenaikan pendapatan KMTR. Tahun 2016, rata-rata harga karet US$ 1,4 per kilogram (kg), naik menjadi US$ 1,65 per kg pada tahun 2017. "Ini berdampak pada pendapatan karena 95% produk karet kami diekspor," ujar Martinus kepada KONTAN di kantornya, Senin (5/3). Tahun ini, KMTR mematok target penjualan 580.000 ton karet atau naik 10,47% dari tahun 2017. Agar target tersebut tercapai, KMTR menggenjot penyerapan dari tingkat petani dengan meningkatkan jumlah depo di sentra produksi karet. Depo ini akan membeli karet langsung dari petani sesuai harga pabrik. Saat ini jumlah Depo baru 31. "Kami targetkan tahun ini bisa mencapai 55 depo," imbuhnya. Menurutnya, kehadiran depo ini dapat memutus supply chain penjualan karet dari petani ke pabrik. KMTR juga akan menambah jumlah mitra kelompok tani. Pembinaan itu berupa pemberian bibit tanaman unggul secara cuma-cuma, pelatihan menyadap dan merawat karet yang baik. "Saat ini kami sudah mengelola sekitar 10.000 kelompok tani," ucapnya. KMTR juga akan meningkatkan kapasitas produksi pabrik pengolahan karet. Tahun lalu total kapasitas produksi karet KMTR sebanyak 720.000 ton per tahun. Tahun ini, KMTR membidik produksi sekitar 770.000 ton. Untuk itu perusahaan ini ingin menuntaskan pembangunan pabrik pengolahan karet di Bengkulu. Total kapasitas pabrik yang dibangun mulai Oktober 2017 ini sekitar 40.000 ton per tahun. Proyek pabrik ini menelan investasi sekitar Rp 150 miliar. "Sekarang pembangunannya sudah tahap pemasangan tiang pancang," imbuhnya. Dengan peningkatan kapasitas mesin, diharapkan produksi karet KMTR akan terus meningkat di 2018 dan 2019. Hal ini juga mengantisipasi terus meningkatkan kinerja perusahaan seiring membaiknya harga karet.
Pada tahun 2018, KMTR menyiapkan anggaran belanja modal sebesar Rp 200 miliar. Jumlah itu naik dua kali lipat dari tahun 2017. Selain untuk menambah jumlah depo, dana itu juga akan dipakai untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan memperluas jaringan usaha di berbagai sentra produksi karet. "Dana tersebut benar-benar digunakan untuk investasi," tuturnya. Martinus optimistis target penjualan karet tahun ini sebanyak 580.000 ton akan tercapai. Dengan target itu, pendapatan perusahaan bisa mencapai sekitar Rp 13 triliun dengan catatan harga karet US$ 1,5 per kg. Jika harga karet di kuartal II-2018 naik menjadi US$ 1,65 per kg, pendapatan KMTR juga akan lebih tinggi dari Rp 13 triliun. Potensi itu ada karena biasanya tiap tahun harga karet naik di kuartal kedua. "Penguatan kurs dollar juga berdampak pada kenaikan pendapatan," ujar Martinus. Selain pembangunan pabrik pengolahan dan menambah jumlah depo, KMTR akan meningkatkan efisiensi. Berbagai cara itu bertujuan menaikkan pendapatan dan laba di masa-masa mendatang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sofyan Hidayat