Kisah mereka yang memilih keluar dari bitcoin dan harus merugi



KONTAN.CO.ID - LONDON. Arianna O'Dell, seorang pengusaha berusia 30 tahun dan sekaligus penulis lagu yang tinggal di New York City telah mengalami perjalanan investasi cryptocurrency atau mata uang digital cukup bergejolak selama empat tahun sebelum akhir memutuskan untuk melepaskan investasinya pada Februari lalu.

Namun, harga bitcoin baru-baru ini mengalami kenaikan lagi sejak anjlok setahun lalu dan menyentuh level terendah pada 13 Maret di angka US$ 3.850.

Harganya telah naik 160% tahun ini dan terakhir diperdagangkan pada $ 19.239 pada hari Rabu, mendekati level tertinggi sepanjang masa sekitar US$ 19.666 yang dicapai pada bulan Desember 2017.


Keputusan O’Dell belum optimal dalam menentukan kapan harus membeli atau menjual. Sehingga ia harus terlewat dari kenaikan yang terjadi belakangan ini. Pergerakan harga bitcoin memang seperti roller coaster, dalam sekejap bisa meluncur dan tanpa aba-aba bisa langsung meroket.

Banyak investor ritel yang tahan dengan kecepatan daya luncurnya, memilih berhenti di tengah jalan dengan menanggung risiko rugi dan kehilangan kesempatan meraup cuan saat sudah meroket lagi seperti sekarang.

Baca Juga: Bitcoin diprediksi bisa meroket menembus US$ 100.000 pada tahun 2021

O'Dell tidak menyesali keputusannya. Baginya, menginvestasikan hasil senilai US$ 2.705 ke dalam bisnisnya lebih baik daripada menanggung tekanan fluktuasi harian, meskipun harganya telah naik dua kali lipat saat ini.

"Sejujurnya saya memiliki lebih banyak keberuntungan di Vegas daripada yang saya miliki dengan cryptocurrency,” kata O'Dell dalam sebuah wawancara dikutip Reuters, Jumat (27/11).

Ia merupakan  bagian dari kelas investor ritel yang relatif baru yang bergabung dengan pasar kripto bertahun-tahun yang lalu, membantu mendorong harga bitcoin ke level tertinggi hampir US$ 20.000.

Cerita serupa datang dari Akram Tariq Khan, pengusaha dan pendiri perusahaan e-commerce YourLibaas di New Delhi. Ia masuk ke bitcoin pada tahun 2017 dengan total aset US$ 160.000 pada puncaknya.

Editor: Yudho Winarto