Berstatus sebagai anak dari Soeprapto Soeparno yang notabene pendiri PT TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Mohammad Feriadi resmi meneruskan tongkat kepemimpinan sang ayah setelah resmi diangkat menjadi presiden direktur JNE mulai tahun ini. Keberhasilan pria yang akrab disapa Feri ini duduk di singgasana kepemimpinan JNE bukan karena dia adalah putera mahkota dari pemilik perusahaan, melainkan lebih karena kontribusinya terhadap perusahaan selama hampir 20 tahun. Pengalaman merintis karier dari bawah di perusahaan milik keluarganya membuat Feri telah menyatu dengan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pengiriman logistik ini.
Pria kelahiran 3 Februari 1969 ini memang menghabiskan seluruh karier profesionalnya di JNE sejak 1996 hingga saat ini. Saat ditemui KONTAN beberapa waktu lalu, Feri mengaku sudah mengenal bisnis jasa ekspedisi ini sejak kecil. Maklum, sebelum JNE berdiri pada tahun 1990, orangtua Feri sudah merintis usaha jasa pengiriman terlebih dahulu pada tahun 1970 dengan nama PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI). Alhasil, nama TIKI sering terdengar di telinga Feri kecil. Tak hanya sebatas mendengar, Feri sesekali melihat aktivitas bisnis orangtuanya yang ketika itu masih menghuni kantor di kawasan Jalan S. Parman yang saat ini telah menjadi Hotel Menara Peninsula Slipi. Dari situ, dia mengaku tertarik dengan bisnis yang dijalankan sang ayah dan bertekad untuk ikut bergabung membesarkan usaha ini suatu hari nanti. Feri bercerita bahwa saat kecil dia bukan termasuk anak yang menonjol di sekolah. Menurutnya, nilai rapor yang diraihnya masuk kategori rata-rata kelas, Meski begitu, Feri mengaku sangat bersyukur karena sejak kecil dibekali pendidikan yang seimbang antara pendidikan umum dan agama. Minat terhadap pendidikan agama ini terlihat ketika Feri masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Lulus dari Al-Azhar, Feri lanjut untuk menempuh jenjang perguruan tinggi dengan masuk jurusan Ilmu Administrasi di Universitas Krisnadwipayana Jakarta dan lulus di tahun 1993. Minat belajar yang tinggi membuat Feri langsung meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya. Dia pun memilih Okhlahoma University di Amerika Serikat (AS) untuk memburu gelar Master Business Administration (MBA) bidang Marketing dan akhirnya lulus tahun 1995. Meski sudah lulus, tapi Feri tak langsung pulang ke tanah air. Dia mengaku terpaksa harus menetap di Amerika Serikat untuk menunggu kelahiran anak pertamanya. Barulah kemudian tahun 1996, Feri pulang ke tanah air dan langsung bergabung ke perusahaan milik sang ayah yang telah bermetamorfosa menjadi JNE. "Saya menjabat di posisi
business development saat pertama kali bergabung," ujarnya. Feri mengatakan status sebagai anak pendiri perusahaan tak membuatnya mendapatkan pekerjaan yang lebih ringan ketimbang yang lain. Dia bilang, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan belum terlalu banyak, sehingga dia dituntut bekerja
multitasking alias mengerjakan berbagai tugas dalam waktu bersamaan. Tugas pertama Feri di JNE adalah pengembangan bisnis dengan cara membuka jaringan domestik di berbagai wilayah Indonesia. Dia bilang, berbagai peran dilakoninya termasuk menjadi
customer service dan
sales executive. Feri bilang target awal JNE saat itu adalah mengembangkan jaringan di kota besar seperti Bandung, Semarang, dan Surabaya. Sebab, meski saat itu sudah memasuki tahun keenam, JNE masih memiliki armada yang terbatas. Namun, Feri tak patah arang dan optimistis menatap masa depan bisnis perusahaan. Sekadar informasi, setelah 25 tahun berdiri, pada tahun 2015, JNE telah menjadi perusahaan besar dengan 5.000 jaringan dari Sabang hingga Merauke dan mampu menyerap 13.000 pekerja. Sebagai
business development, Feri memiliki andil besar dalam perkembangan bisnis JNE dalam 20 tahun terakhir. Dia mengaku bersama dengan tim kerja yang super turun langsung ke berbagai daerah untuk membuka cabang dan jaringan usaha baru diberbagai kota di Indonesia.
Meski begitu, Feri mengaku merintis bisnis jasa pengiriman di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, selain banyak regulasi dari pemerintah yang sering berubah, dia bilang, kinerja JNE sering terhambat dengan infrastruktur yang belum maksimal. Feri bilang, kendala infrastruktur ini sering dihadapi JNE ketika melakukan pengiriman barang milik masyarakat, terutama jika menuju wilayah yang sulit dijangkau. Selain itu, kondisi lalu lintas yang padat di berbagai kota besar membuat kemacetan tak terelakkan lagi. Hal ini yang sering menjadi kendala bagi JNE. Kendati begitu, Feri terus melangkah bersama tim yang dipimpinnya sehingga jaringan JNE semakin meluas dari tahun ke tahun. Pertambahan jumlah jaringan JNE berbanding lurus dengan karier Feri di JNE. Dia pun diangkat menjadi direktur pemasaran dan berhasil mencapai puncak karier di tahun ini sebagai presiden direktur JNE.
(Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan