Kisah para perawat setia mobil tua



JAKARTA. Bagi sebagian orang, fungsi mobil tak sebatas alat transportasi, tetapi juga bisa menegaskan prestise dan penyaluran hobi. Sebagai hobi, orang-orang biasanya mengoleksi mobil klasik. Umumnya, yang mereka sukai adalah desain dan warna mobil yang unik, dan tidak lagi dirilis oleh pabrikan mobil.Namun, saat ada bagian yang rusak, para pemilik mobil klasik tak bisa menyerahkan perbaikannya ke bengkel biasa. Maklum, untuk memperbaiki mobil dengan tetap mempertahankan bentuk dan warna seperti semula, butuh keahlian khusus. Kebutuhan seperti  menjadi peluang usaha bagi beberapa orang dengan membuka bengkel khusus restorasi mobil klasik.Triyanto (35) di Pemalang, Jawa Tengah, salah satu yang menggeluti usaha restorasi mobil klasik. Restorasi berarti memperbaiki bagian mobil dengan mempertahankan keasliannya seperti saat pertama keluar dari pabrik. Pemilik Damar Autobody ini menjelaskan, secara umum, mobil klasik adalah yang sudah berusia 20 tahun ke atas. "Jadi bisa dibilang, mobil produksi 1980-an, sekarang sudah bisa disebut mobil klasik," ujarnya. Lantaran usianya sudah cukup tua, mobil klasik sering kali bermasalah. Dua masalah utama, yaitu terkait bodi dan mesin mobil. Sayang, tak semua bengkel bisa memperbaiki dua masalah utama itu. Pasalnya, bengkel mobil biasa belum tentu memahami seluk beluk mobil klasik, seperti bagaimana tampilan original dari pabrikan, dan tidak menguasai penggantian suku cadang mesin. "Ini yang memacu berkembangnya bengkel khusus mobil klasik di dalam negeri," ungkap Triyanto.Pria lulusan salah satu SMK Farmasi di Semarang ini sudah mereparasi mobil klasik sejak belasan tahun lalu. Kemahirannya didapat secara otodidak. "Saya hobi mobil klasik dan belajar servis sendiri. Kemudian, saya sering dipanggil sesama pecinta mobil klasik untuk memperbaiki mobil," ujarnya. Setelah banyak pengalaman, ia pun berani membuka bengkel khusus restorasi mobil klasik pada 2011.Pemilik bengkel khusus mobil klasik di Jakarta, Andi M Haikal (50) juga mengaku, mahir merestorasi mobil klasik lewat proses autodidak. Sebagai pehobi mobil klasik,  ia rajin mengutak-atik mobil milik sendiri.Kecintaannya pada mobil klasik tumbuh dari pengalaman. Awalnya, waktu umur 20-an, dia bisa bongkar pasang Jeep Willys punyanya. "Terus saya nyoba bongkar mobil Volkswagen dan Mercedes Benz juga bisa. Akhirnya saya putuskan buka bengkel khusus mobil klasik pada 2000," tutur pemilik bengkel Riganda Motor ini. Kata Andi, sebaiknya pemilik bengkel mobil klasik juga hobi dengan mobil. Minat dan kegemaran akan memudahkan proses servis, karena menguasai standar pabrikan dari beragam jenis, tipe dan brand mobil klasik.Pranardjanto Kristihariadi di Yogyakarta lebih fokus menangani merek mobil tertentu. Pemilik bengkel Retro Classic ini lebih mengutamakan restorasi mobil klasik merek Datsun, karena menyukai mobil ini.Meski begitu, ia juga bersedia merestorasi mobil merek lain, seperti Toyota Land Cruiser Hardtop, Peugeot 504 dan Mercedes Benz Mini (W114). Pria yang akrab disapa Yanto ini mengklaim sebagai satu-satunya pemilik bengkel khusus Datsun klasik di Indonesia. Memakan waktu lamaTriyanto biasa memperbaiki tampilan bodi mobil, baik pengecatan ulang, menghilangkan karat, hingga perbaikan bodi penyok dan keropos. "Kami menggunakan teknik standar, seperti pengelasan. Hanya saja untuk pengecatan, terkadang harus mengoplos berbagai warna cat untuk menghasilkan karakter warna mobil klasik yang cenderung sudah pudar," paparnya. Menurutnya, penggemar mobil klasik justru menginginkan warna cat mobilnya tidak terlalu bagus seperti mobil baru. Pelanggan rata-rata ingin menampilkan konsep mobil jadul (jaman dulu) lewat tampilan cat.Triyanto menangani mobil klasik dari berbagai merek dan jenis, seperti Mercedes Benz Ponton (1962), Toyota Corolla DX (1980) dan Daihatsu Taft (1986). Pelanggannya tidak hanya datang dari Pemalang, tapi juga dari Brebes, Pekalongan, Tegal dan sekitarnya.Sementara untuk restorasi mesin, ia bisa "menanam" fitur power steering pada mobil klasik yang biasanya belum ada saat mobil tersebut diproduksi. "Caranya, menggunakan selang power steering yang kira-kira cocok dengan mobil klasik tersebut," ujarnya.Triyanto bilang, di sinilah letak kreativitas seorang pemilik bengkel restorasi mobil klasik. Ia harus kreatif "mengakali" beberapa pengerjaan restorasi, seperti, banyak bagian baut yang sudah aus (dol), harus diakali sedemikian rupa hingga berfungsi normal. Contoh lain, ia pernah membikin bemper Honda Accord produksi 1980. Pemilik mobil minta dicarikan bemper seperti asli pabrikannya. "Tidak original, tidak apa-apa, yang penting mirip. Saya cari tidak ada yang jual. Alhasil saya bikin sendiri dari bahan pelat," bebernya.Hampir sama dengan bengkel mobil klasik lainnya, Retro Classic juga menerima jasa restorasi eksterior, interior, kaki-kaki, hingga mesin mobil. Kata Yanto, untuk pengerjaan mesin, bisa dari hanya tune up, turun mesin atau bahkan engine swap (mengganti dengan mesin mobil lain). "Saya bisa menanam mesin Nissan SR 20 ke kabin mesin Datsun," klaimnya.Andi menyebut, kendala utama bisnis bengkel restorasi mobil klasik yaitu minimnya pasokan spare parts di pasaran. Sekadar gambaran, di Riganda Motor, ia bisa merestorasi semua jenis mobil klasik, terutama mobil Eropa. Sebagai solusi dari keterbatasan suku cadang, Andi  biasanya menggunakan tiga cara, yaitu mencari barang lewat jaringan komunitas mobil klasik, impor langsung dari luar negeri, atau membuat sendiri untuk produk tertentu seperti bemper. Pelanggan Andi banyak juga dari luar Jabodetabek, seperti Bandung dan kota-kota besar di Pulau Jawa.Proses restorasi butuh waktu yang bervariasi, tergantung tingkat kesulitan dan ketersediaan suku cadang. Yanto dan Andi misalnya, bisa merampungkan restorasi satu mobil klasik berkisar satu bulan hingga 6 bulan. Sedangkan, Triyanto, bisa menyelesaikan  paling lama tiga bulan.Karena proses pengerjaan cukup lama, tarif restorasi pun cukup mahal. Yanto mematok tarif mulai ratusan ribu untuk tune up, hingga Rp 25 juta  untuk restorasi total. Sementara, Triyanto mematok tarif mulai Rp 8 juta (cat ulang) hingga Rp 25 juta (restorasi total). Tarif yang ditetapkan Andi lebih mahal, yaitu untuk cat ulang senilai Rp 17 juta, hingga Rp 45 juta jika mobil direstorasi total.Lantaran pengerjaan rumit, ketiganya pun membatasi hanya menerima 3 - 4 order setiap bulan. "Restorasi mobil perlu ketelitian dan sangat detil," kata Andi.

Saban bulan, Yanto bisa meraih omzet Rp 40 juta. Adapun, Triyanto dan Andi mampu mengumpulkan omzet Rp 60 juta sebulan. "Keuntungan bersih kami sekitar 15%," imbuh Anto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini