Kisah Takao Yasuda mengembangkan jaringan Donki



ide unik tentu aset paling berharga dalam membesarkan bisnis. Tidak terkecuali bagi Takao Yasuda. Pebisnis jaringan ritel buku ini sukses berada di peringkat ke-29 deretan orang terkaya di Jepang. Catatan Forbes, hingga April 2013 lalu, kekayaan Takao mencapai US$ 1,08 miliar. Takao mengantongi harta berlimpah ini dari jejaring bisnis ritel grup Don Quijote Co Ltd.

Saat ini, di bawah bendera Don Quijote, Takao memiliki lebih dari 150 outlet yang tersebar di Negeri Sakura. Mengutip laporan keuangan terbaru Don Quijote, total penjualan jaringan toko buku yang populer disebut Donki ini mencapai ¥ 568 miliar, di akhir Juni kemarin. Sementara, Don Quijote yang membawahi 10 anak usaha ini mencatat laba bersih sebanyak ¥ 21,14 miliar.

Sejatinya, ide unik bisnis Donki menjadi kunci sukses yang membawa nama Takao menjadi pesohor di Jepang. Donki bukan sekedar toko buku biasa. Toko buku yang dibangun tahun 1980 silam ini adalah toko buku yang menyodorkan tiga konsep unik. Pertama, mengusung konsep menggali buku sebagai harta karun. Takao sengaja menciptakan interior toko yang berantakan. Barang dagangan sengaja diletakan di lantai dan langit-langit. "Inti dari tampilan itu adalah sulit menemukan, sulit untuk mengambil dan sulit untuk membeli," ujar Takao.


Buku yang berserakkan inilah yang malahan menjadi daya tarik toko Donki. Luas setiap toko Donki juga dipatok sekitar 1.000 meter persegi. Hal ini agar pembeli leluasa berburu buku kesukaan. Kedua, jam operasional hingga 24 jam. Jaringan toko Donki menjadi satu-satunya toko buku yang beroperasi seharian penuh laiknya rumah sakit. Konsep toko buku 24 jam berdasarkan pengalaman Takao.

Di masa awal mendirikan toko buku, Takao kerap melayani pelanggan hingga larut malam. Bahkan, ketika jam telah menunjukkan pukul 11 malam dan toko akan tutup, Takao sering kedatangan pembeli. Pengalaman inilah yang berujung pada konsep toko buku 24 jam Donki.

Ketiga, diskon. Sebagai pembeli, Takao memahami kalau potongan harga menjadi hal penting untuk menarik pelanggan. Atas dasar itulah, diskon menjadi hal yang rutin dilakoni jaringan toko buku Donki. Kemampuan Takao mengelola bisnis juga tak kalah cakap. Asal tahu saja, Takao pernah mencicip pengalaman sebagai petinju amatir. Mengutip www.japantimes.co.jp, Takao memeluk prinsip "melanggar aturan" dalam mengelola bisnis. Menurut Takao, konsep toko melanggar aturanlah yang membuat Donki popoler.

Sarjana ilmu seni lulusan Universitas Keio ini mengatakan, selama ini bisnis ritel di Jepang dibangun dengan konsep menghemat waktu. Nah, konsep toko Donki yang beroperasi 24 jam ingin mendobrak keyakinan itu. Takao malah membuat segala cara agar pelanggan betah menghabiskan banyak waktu di Donki. Menurut dia, bisnis Donki tidak mengenal batas waktu.

Selama masih ada orang yang belum tidur, selalu ada peluang yang bisa diambil. Konsep unik juga yang menyebabkan jaringan toko Donki bertahan di tengah rendahnya konsumsi masyarakat. Sebagai bukti, di tahun 2004, laba bersih Don Quijote melesat 40% menjadi ¥ 5,6 miliar. Padahal, kala itu, semua industri ritel terpukul.

Sebagai pebisnis, Takao selalu memandang masa depan dengan optimisme. Di tengah stagnasi ekonomi yang melanda Jepang, Takao tetap meyakini Donki bisa meraih pertumbuhan. Hingga akhir tahun fiskal Juni 2014 mendatang, Don Quijote memasang target total penjualan sebesar ¥ 596,3 miliar atau tumbuh 5%.

Editor: Dessy Rosalina