Kisruh merger Holcim Group tak ganggu SMCB



JAKARTA. Nasib merger korporasi semen dunia Holcim Ltd dan Lafarge SA di ujung tanduk. Adanya ketidaksepakatan mengenai ketentuan yang telah ditentukan sebelumnya menjadi salah satu penyebabnya.

Bagaimana, dampaknya terhadap anak usaha Holcim di Indonesia? Peter Stopfer, Head of Media Relations Holcim Ltd menjelaskan, rencana merger dengan perusahaan semen asal Prancis itu tidak batal.

"Kami masih bernegosiasi, khususnya mengenai rasio dan masalah pengelolaan (governance)," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (17/3).


Awalnya, keduanya sepakat, satu saham Holcim akan ditukar dengan satu saham Lafarge atau 1:1. Transaksi ini rencananya akan dikukuhkan pada April 2015 mendatang. Namun, belakangan, harga saham Holcim melampaui harga saham Lafarge.

Selain itu, nilai tukar mata uang Swiss, yakni Swiss franc terhadap euro menguat. Hal ini kemudian membuat manajemen Holcim berpikir ulang dan ingin rasio transaksi diubah. Namun, Peter belum mau mengungkapkan berapa rasio yang ia ajukan. "Belum bisa bilang karena masih dibicarakan," tuturnya.

Menurut sumber yang dikutip Reuters, Holcim telah mengajukan penawaran baru. Setiap 0,875 saham Holcim ditukar dengan satu saham Lafarge. Namun, kabarnya, pihak Lafarge menginginkan rasio 0,93:1.

Peter juga mengaku belum bisa memastikan kapan transaksi akan terlaksana. Hanya saja, ia berharap, tahun ini transaksi yang diperkirakan bernilai 32 miliar euro atau setara dengan US$ 33,8 miliar itu kelar tahun ini.

Lebih lanjut, manajemen Holcim Group adanya perubahan perjanjian merger ini tidak akan mempengaruhi kegiatan operasional anak-anak usahanya. Termasuk, anak usaha di Indonesia, yaitu PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).

"Kegiatan operasional tetap berjalan seperti biasa, ekspansi tetap dilakukan," pungkas Peter. Harga saham SMCB pada pentupan perdagangan hari ini turun 0,6% ke posisi Rp 1.645 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto