Kita rakus BBM, defisit neraca perdagangan rekor



JAKARTA. Kinerja impor yang melaju lebih kencang ketimbang ekspor di bulan Oktober 2012 membuat neraca perdagangan Oktober kembali defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, defisit neraca perdagangan pada Oktober mencapai US$ 1,55 miliar. Angka defisit neraca perdagangan Oktober ini adalah yang terbesar dalam sejarah, setelah sebelumnye defisit perdagangan tertinggi terjadi pada Juni 2012, yakni sebesar US$ 1,32 miliar.Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, pada Oktober 2012, terjadi impor tidak biasa yang tidak setiap bulan terjadi, yaitu impor pesawat terbang. Ini membuat laju impor membesar melebihi ekspornya. Di sisi lain, harga CPO menurun drastis sehingga nilai ekspor turun. "Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Oktober defisit US$ 516,1 juta," ujarnya Senin (3/12).Sasmito menambahkan, pengaruh CPO sangat besar dalam perdagangan Indonesia. Sehingga, kalau terjadi gangguan pada volume dan harga, dampaknya sangat signiffikan. Sebenarnya, kata Sasmito dari sisi volume, ekspor CPO masih sedikit naik. Tapi, terjadi penurunan dari sisi harga yang sangat drastis.Jika melihat lebih rinci, defisit neraca perdagangan yang sebesar US$ 1,55 miliar pada Oktober terjadi karena defisit di sektor perdagangan migas sebesar US$ 849,5 juta, dan defisit di perdagangan non migas sebesar US$ 697,5 juta.Menurut Sasmito, defisit perdagangan migas terjadi karena tingginya impor minyak mentah dan hasil minyak yang tak bisa dikompensasi oleh surplus perdagangan migas. Tingginya konsumsi BBM di dalam negeri membuat neraca perdagangan hasil minyak defisit sebesar US$ 2,16 miliar. Neraca perdagangan minyak mentah juga defisit US$ 123,1 juta.Kalau melihat neraca perdagangan dengan tiap-tiap negara mitra dagang, pada Oktober 2012, Indonesia mencatatkan defisit neraca dagang dengan Thailand sebesar US$ 513,8 juta, dengan China sebesar US$ 661,9 juta, dengan Jepang defisit US$ 624,2 juta. Dengan kata lain, defisit terbesar terjadi dalam perdagangan negeri kita dengan China.Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengakui, defisit neraca perdagangan yang kembali melebar terjadi karena kenaikan impor pesawat terbang dan impor BBM. Menurutnya, impor pesawat terbang yang besar terjadi karena pertumbuhan sektor komunikasi dan transportasi yang cukup pesat. Harapannya, di bulan-bulan mendatang impor ini bisa kembali normal.Sementara itu, pembengkakan konsumsi BBM bersubsidi menjadi penyebab lonjakan impor BBM. Makanya, "(Konsumsi) BBM bersubsidi harus dikendalikan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Cipta Wahyana