KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) diprediksi tertekan pada 2024 ini. Kelebihan pasokan masih menekan harga nikel. Berdasarkan data Trading Economics, harga nikel pada Rabu (21/2), per pukul 19.49 WIB harga nikel tercatat naik 0,04% ke US$ 16.113 per ton. Kenaikan itu melanjutkan kenaikan sepekan dan sebulan, masing-masing 0,67% dan 2,21%. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengatakan bahwa meski terjadi kenaikan, tetapi harganya masih turun lebih dari 40% dibandingkan tahun lalu. Harga tersebut juga mendekati level harga terendah sejak 2021.
Baca Juga: Volume Penjualan Vale (INCO) Berpotensi Tumbuh di Tengah Tekanan Harga Nikel "Penurunan ini tak lepas dari banjirnya pasokan baru nikel dari Indonesia dalam dua tahun terakhir," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (21/2). Menurutnya, ini disebabkan Indonesia berambisi menjadi pusat nikel global dengan menarik investasi miliaran dolar ke industri pengolahan nikel, dengan keuntungan tenaga kerja murah, listrik murah, dan bahan mentah yang mudah didapat.
Ia melihat hal itu kemungkinan masih akan terjadi di tahun ini sehingga akan berdampak pada pelemahan harga nikel. "Selain
oversupply nikel, menurut kami adopsi kendaraan listrik juga masih minim di Indonesia yang relatif terlambat mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dibanding negara-negara lain," terangnya.
Baca Juga: Kinerja Vale Indonesia (INCO) Diprediksi Melandai di 2024, Ini Pemicunya Mifta juga mencermati, kendati mencetak pertumbuhan kinerja di 2023, tetapi pada semester II 2023 kinerja INCO cenderung mengalami tekanan oleh penurunan harga nikel global itu sendiri. Kondisi surplus telah memicu penurunan yang lebih cepat pada harga nikel LME sejak awal kuartal IV 2023 menjadi di bawah US$ 17.000 per ton. "Padahal harga nikel global diperkirakan bisa mencapai US$ 19.000 per ton di tahun 2024," katanya. Ia menjelaskan, penurunan harga tersebut berkaitan dengan pasokan nikel kelas 1 yang secara tak terduga mengalami peningkatan kuat dan telah melebihi permintaan. Ini sebagian didorong oleh aliran produksi nikel China yang dipelopori oleh Huayou pada Juli 2023 ke gudang nikel LME.
Baca Juga: Vale (INCO) Menyebut Belum Ada Perjanjian Terkait Harga Divestasi 14% Saham Di tengah tekanan harga nikel, Mifta memperkirakan rata-rata harga jual (ASP) nikel INCO tahun ini berkisar US$ 13.260 per ton. Harga tersebut lebih rendah seiring pula volume produksi nikel yang kemungkinan tetap bertahan pada tingkat tinggi. "Kiwoom Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi netral untuk INCO dengan target harga Rp 4.680 per saham," imbuh MIfta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli