KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendukung peningkatkan produksi dan ekspor mutiara ke luar negeri. Komitmen tersebut disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat bertemu dengan sejumlah asosiasi mutiara Indonesia. Dalam pertemuan, Kamis (14/11), KKP juga menjalin kerjasama dengan sejumlah asosiasi mutiara seperti Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi), Dharma Wanita Persatuan (DWP) KKP, dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dalam menyukseskan acara Indonesia Pearl Festival (IPF) ke-8 tahun 2019 yang akan berlangsung 21-24 November mendatang di Jakarta. Menteri Edhy mengatakan, KKP mendukung perhelatan bertema g tema “The Marvelous Indonesian South Sea Pearl” ini karena mutiara merupakan salah satu sumber daya laut Indonesia yang dapat berkontribusi sebagai penghasil devisa negara.
Baca Juga: Hati-hati, mutiara palsu dari China banyak beredar di Indonesia Selain itu, Edhy bilang, Indonesia juga menjadi negara pengekspor mutiara terbesar kelima di dunia yang pada 2018 mencatat nilai ekspor US$ 47,27 juta. Kendati begitu, posisi Indonesia masih di bawah China yang mencapai US$ 56,3 juta, French Polynesia/Tahiti yang mencapai US$ 112,88 juta, Jepang yang mencapai US$ 315,28 juta serta Hong Kong US$ 483,3 juta. “Kita harapkan ini bisa kita dongkrak. Sekarang Hong Kong nomor satu. Padahal dari informasi yang kita dapat, kita juga mengekspor ke sana. Tapi Hong Kong bisa memposisikan diri sebagai pengekspor atau produsen mutiara terbesar untuk dunia,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (15/11).
Indonesian South Sea Pearl (ISSP) atau mutiara laut selatan berkontribusi 50% dari produksi South Sea Pearl dunia. ISSP dipanen dari tiram jenis Pinctada maxima, baik diperoleh dari alam maupun hasil budidaya. Sentra pengembangan tiram Pinctada maxima tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yaitu Sumatra Barat, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Direktur Jenderal PDSPKP Agus Suherman menjelaskan, ISSP memiliki keunggulan antara lain berukuran lebih besar antara 9-17 mm dengan warna kilau keperakan dan keemasan sehingga sangat digemari di pasar luar negeri.
Baca Juga: Benamkan investasi US$ 239 juta, Pertamina survei seismik 2D terbesar di Asia Pacifik Selain itu, harga butiran (loose pearl) ISSP sekitar US$ 16-18 per gram lebih tinggi dibandingkan 3 jenis mutiara lainnya (Freshwater Pearl, Black Pearl, dan Akoya Pearl). Menurutnya, ISSP umumnya diperdagangkan dalam bentuk
loose dan
jewelry (perhiasan). Perdagangan mutiara dalam bentuk loose umumnya dilakukan melalui lelang (auction) baik di pasar domestik maupun internasional, utamanya di Jepang, Hong Kong, dan Australia. “Sebagai salah satu komoditas kelautan unggulan Indonesia yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa mendatang, branding ISSP perlu diupayakan guna meningkatkan minat masyarakat terhadap mutiara. Untuk itu diperlukan promosi untuk mengomunikasikan keunikan dan keunggulannya,” tutur Agus.
Baca Juga: Menteri ESDM minta survei seismik 2D PHE Jambi Merang rampung dalam 6 bulan Akan tetapi, saat ini keberadaan ISSP mulai tergerus dengan banyaknya impor mutiara air tawar dari China.
Ketua Asbumi Anthony Tanios mengungkapkan, di Lombok misalnya, banyak sekali beredar mutiara air tawar asal Cina ini dengan harga yang sangat murah. Untuk itu ia menilai, masyarakat perlu diberi edukasi terkait perbedaan ISSP dengan mutiara jenis ini. Menurut Anthony, peredaran mutiara air tawar dengan harga murah dan kualitas tidak mumpuni ini dapat merusak image Indonesia sebagai penghasil mutiara. Terlebih lagi jika mutiara tersebut dibeli oleh turis yang berkunjung ke Indonesia.
Baca Juga: Budidaya ikan King Kobia hasilkan keuntungan 50% dalam setahun “Festival Mutiara Indonesia ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa mutiara laut selatan dan mutiara air tawar itu memang sangat berbeda,” ungkapnya. Sementara itu, anggota Asbumi Ratna Zhury Mahyuddin menambahkan, Indonesia ingin menjadi tuan rumah bagi mutiara laut selatan. “Begitu banyak sebenarnya orang yang memakai mutiara di Indonesia. Tapi ternyata kebanyakan memakai mutiara air tawar. Kita ingin wanita Indonesia itu memakai mutiara laut selatan. Tentunya kita sebagai wanita Indonesia akan bangga memakai produk dalam negeri kita sendiri,” ucapnya.
Baca Juga: KKP dukung upaya Bogor menjadi pusat ikan hias terbesar di Indonesia Guna menjamin keaslian ISSP yang akan dihadirkan dalam IPF nanti, menurut Ratna, penyelenggara akan menghadirkan Dewan Kurator yang akan menilai mutiara-mutiara tersebut. Mutiara yang akan dipamerkan juga berasal dari beragam kategori dengan beragam harga. Adapun terkait tema daerah Sulut yang diangkat, Plt. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulut Tienneke Adam menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya terhadap KKP. “Melalui festival ini kami berharap bisa mengangkat pariwisata kami di sana karena Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli