KKP incar pasar perikanan Arab Saudi



JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) siap bidik pasar perikanan di Arab Saudi pasca kunjungan Raja Salman ke Indonesia. Peluang pasar perikanan ke Arab Saudi dinilai sangat besar dan belum dimanfaatkan Indonesia sepenuhnya, apalagi dalam ekspor ikan Tuna Indonesia masih kalah dengan Thailand. Padahal Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar untuk mengekspor perikanan ke Negeri Para Mullah tersebut.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan pemerintah Indonesia dan Arab Saudi telah meneken kerja sama dalam bentuk nota kesepahaman terkait kerja sama di bidang pertukaran informasi karantina ikan dan pengamanan, mengingat standar produk perikanan yang masuk ke Arab Saudi tinggi.

Namun di luar itu, KKP ingin mengudang agar para importir perikanan Ara Saudi bertemu dengan eksportir perikanan Indonesia. KKP ingin meningkatkan pemasaran produk perikanan Indonesia ke wilayah Timur Tengah.


Susi mengatakan, pihaknya berencana menargetkan Arab Saudi yang merupakan bukan tujuan ekspor Indonesia untuk membuka peluang pasar ekspor perikanan Indonesia. Khususnya ke negara yang tidak memiliki wilayah laut atau negara yang wilayah lautnya kecil. "Prospek ekspor produk perikanan ini kami melihat sangat menarik ke depan," ujar Susi akhir pekan lalu.

Mneurut Susi, Indonesia saat ini menempati posisi kedua eskportir tuna kaleng ke Arab Saudi setelah Thailand. Selama ini bahan baku tuna kaleng Thailand berasal dari Indonesia, namun semenjak tahun 2015 volume ekspor bahan baku tuna Indonesia turun drastis dikarenakan pemerintah Indonesia melakukan pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal.

Dengan pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal dan momentum kerja sama ini, Indonesia berpotensi untuk menggarap pasar produk perikanan langsung dengan juga membangun industri pengolahan dalam negeri demi mendapatkan nilai tambah.

Pada 2016, ekspor Indonesia ke Arab Saudi mencapai US$ 66.849.893 atau senilai Rp 869 Miliar dengan komoditas yang diekspor adalah cakalang, tuna, makarel dan produk ikan lainnya. Sedangkan untuk impornya berupa ikan makarel senilai US$ 645.083 atau setara dengan Rp 8 Miliar. Dari kegiatan tersebut, tercapai surplus US$ 66.204.810 atau setara dengan Rp 860 Miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto