KONTAN.CO.ID - SIDOARJO. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melepas ekspor perdana ikan patin (Pangasius hypophthalmus) ke Arab Saudi sebanyak 63 ton. Ekspor perdana ini khusus untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji asal Indonesia yang dilepas di Instalasi Karantina Puspa Agro Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (27/5). Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal PDSPKP KKP Nilanto Perbowo mengatakan, ekspor ikan patin mendesak dilakukan di tengah meningkatkan produksi dalam negeri. Bila selama ini ikan patin hanya digunakan untuk konsumsi dalam negeri, kini sudah dapat diekspor ke Timur Tengah. Ia mengatakan, ekspor perdana ini dapat dilakukan atas kerja sama APCI dan SMART-Fish Indonesia yang menangkap potensi patin Indonesia untuk memenuhi kebutuhan ikan jamaah haji Indonesia.
Sejauh ini, kebutuhan pasokan patin untuk jamaah haji Indonesia diperkirakan mencapai 540 ton. Untuk memenuhinya, pihak APCI telah menyiapkan pasokan sekitar 300 ton patin yang terdiri dari 150 ton
cut portion dan 150 ton
fillet. Dalam ekspor perdana ini dikirim sekitar 3 kontainer atau setara 63 ton ikan patin. Sisanya akan dikirim secara bertahap. “Komoditas patin ini sendiri baru untuk kebutuhan jamaah haji. Harapannya dengan ekspor perdana ini nantinya bisa merambah ke negara-negara lain,” ujar Nilanto seperti dikutip dari siaran pers. Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama Muhajirin Yanis menambahkan, ikan patin dibutuhkan untuk menunjang pelayanan bagi jamaah haji sebagai sajian menu masakan bercitarasa khas Indonesia. “Tahun ini sajiannya akan semakin lengkap dengan tersedianya bahan baku ikan patin asli Indonesia. Nantinya selama jamaah haji Indonesia berada di Arab Saudi, sajian makan kurang lebih sebanyak 75 kali makan sampai mereka kembali, di mana 5 kali dalam seminggu mencicipi sajian menu ikan, dalam hal ini ikan patin,” jelas Muhajirin. Beberapa waktu belakangan, produksi patin Indonesia memang menunjukkan tren peningkatan. Pada 2018 lalu misalnya, produksi patin Indonesia meningkat 22,2% menjadi 391.151 ton dibandingkan tahun 2017 yang hanya sebesar 319.966 ton . Ketua Bidang Budidaya Patin APCI, Imza Hermawan mengatakan, peningkatan hasil budidaya patin ini terjadi berkat upaya penggunaan induk dan benih yang berkualitas untuk menekan Feed Conversion Ratio (FCR) sehingga efisiensi produksi meningkat. "Induk dan benih berkualitas ini faktor utama penentu kesuksesan budidaya, utamanya dalam meningkatkan efisiensi pruduksi. FCR bisa ditekan, jika benih yang digunakan berkualitas," ungkapnya.
Pada 2018, total permintaan impor catfish global meningkat menjadi 641.310 ton, dengan negara tujuan utama Amerika Serikat (19,08%) dan China (18,97%) Sedangkan permintaan impor Arab Saudi hanya sebesar 4.503 ton (0,7%) atau turun 85% dibandingkan tahun 2017. Melihat peluang ini, Nilanto mendorong agar para pelaku usaha dan pembudidaya patin mendorong produksi patin dalam negeri agar patin Indonesia bisa turut ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan patin global. “Pangsa pasar ekspor untuk patin sudah sangat jelas. Dengan potensi patin dalam negeri yang sangat tinggi, apabila kita mampu menggenjot produksi, tidak mustahil ke depan kita bisa menjadi pemain utama untuk komoditas ikan patin,” tandas Nilanto. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli