JAKARTA. Nelayan dan pebisnis ikan tuna di Banda dan Seram Utara bisa bernafas lega. Pasalnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan membangun dua tempat penyimpanan ikan alias cold storage berkapasitas masing-masing 20 ton di kedua lokasi itu. KKP berharap, kedua cold storage itu bisa beroperasi akhir tahun ini. Menurut Martani Huseini, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (DJP2HP) KKP, cold storage ini dibangun untuk mengatasi problem kelebihan pasokan ikan di daerah tersebut. "Dengan adanya cold storage, diharapkan tak banyak ikan terbuang," kata Martani kepada KONTAN, Minggu (2/1). Victor Nikijuluw, Sekretaris DJP2HP KKP menambahkan, Banda dan Seram Utara merupakan salah satu lumbung produksi ikan tuna. Produksi ikan tuna di kedua daerah itu bisa mencapai masing-masing satu ton per hari.
Sayang, keterbatasan transportasi kerap menghambat pengiriman ikan menuju Ambon. Padahal, ikan tuna harus selalu dalam kondisi segar. Akibatnya, harga tuna di pasaran turun. Bahkan, banyak tuna terpaksa dibuang percuma. Nah, kehadiran cold storage ini diharapkan bisa mengatasi masalah nelayan. Masih terlalu kecil Edi Yuwono, KetuaAsosiasi Tuna Indonesia (ASTUIN), menyambut positif rencana pembangunan cold storage di Banda dan Seram Utara tersebut. Ia juga mengakui, selama ini, kedua daerah tersebut memang menjadi lumbung produksi ikan tuna di wilayah Indonesia Timur. Merujuk data KKP, saat ini, terdapat sekitar 200 nelayan tuna di kedua daerah itu dengan kapasitas penangkapan satu ton tuna per hari. Sayang, kapasitas yang besar ini tak sebanding dengan untung yang bisa dinikmati nelayan karena nilai jual tuna di sana murah. Edi memperkirakan, harga tuna di sana hanya berkisar Rp 7.000-Rp 8.000 per kilogram (kg). Bahkan, di musim panen, harga ini bisa melorot hingga menyentuh Rp 4.000-Rp 5.000 per kg. Padahal, harga tuna di Jakarta mencapai Rp 20.000-Rp 25.000 per kg. "Ini akibat nelayan terpaksa asal jual saja. Karena kalau ditahan, tuna itu justru terbuang percuma akibat membusuk," kata Edi. Karenanya, dia berharap pembangunan cold storage bisa memberikan nilai tambah bagi nelayan tuna. Adi Surya, Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Pengalengan Ikan Indonesia (APIKI) juga berpendapat pembangunan cold storage tersebut akan sangat bermanfaat. Pasalnya, berdasarkan data APIKI, industri pengalengan ikan Tanah Air sebenarnya mampu menyerap sekitar 350.000 ton ikan tuna dan cakalang per tahun. Namun, karena tempat penyimpanan yang tidak memadai, industri hanya mampu menyerap bahan baku tuna sebesar 30%-35% saja. "Kami tak punya lahan dan dana yang cukup untuk bikin cold storage sendiri," kata Adi. Maka, ia berharap, pembangunan cold storage ini dapat merata baik di sumber produksi, pelabuhan, maupun di industri pengolahan. Dengan begitu, industri pengolahan dan pengalengan ikan dapat menyerap lebih banyak bahan baku ikan.
Namun demikian, Adi menyayangkan kapasitas cold storage di Banda dan Seram Utara yang terlalu kecil. Menurutnya, pemerintah semestinya membangun cold storage yang berkapasitas besar hingga 20.000 ton. Menanggapi hal ini, Victor menjelaskan, KKP sebenarnya ingin membangun cold storage kapasitas besar. Namun keingingan ini terhambat oleh keterbatasan pasokan listrik, selain juga dana. Soalnya, untuk membangun satu cold storage berkapasitas 20 ton, KKP menggelontorkan dana Rp 2 miliar. Dana ini ditopang oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Biaya ini belum termasuk pembebasan lahan. Untuk membangun cold storage besar, tentu saja, dana yang dibutuhkan juga lebih besar. "Karenanya, kami memilih membangun cold storage kecil ketimbang cold storage besar," tandas Victor. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini