KKR Beli 20% Saham Singtel’s Seharga US$ 807 Juta



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perusahaan investasi global asal Amerika Serikat (AS), KRR & Co. setuju untuk membayar seperlima saham bisnis pusat data regional Singapura yaitu Telecommunications Ltd (Singtel’s) sebesar US$ 807 juta.

Dilansir dari Bloomberg, Senin (18/9), perusahaan investasi ini juga memiliki opsi untuk meningkatkan kepemilikannya menjadi 25% pada tahun 2027 di bawah sebuah kesepakatan penempatan nilai perusahaan unit Singtel sekitar 5,5 miliar dolar Singapura.

Singtel’s yang merupakan perusahaan penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Singapura ini akan menggunakan modal tersebut untuk ekspansi bisnis di seluruh Asia Tenggara dan pasar baru seperti Malaysia dan Vietnam.


Baca Juga: Selain ASN, Ini Kelompok Masyarakat yang Bisa Dapatkan Fasilitas KPR dari BP Tapera

Chief Financial Officer Arthur Lang mengatakan saham Sintel’s naik sebesar 1,7% pada hari Senin sebelum kemudian menurun.

Lang menjelaskan, KKR adalah salah satu investor terbesar di kawasan ini dalam jaringan server yang dibutuhkan untuk mengaktifkan internet dan layanan AI generasi baru, di mana permintaannya melonjak setelah adanya ChatGPT dari OpenAI.

“Lewat kesepakatan yang dilakukan bersama Singtel’s, KKR berhak memangku dua jawaban direksi pada pusat bisnis Singtel,” jelasnya.

KKR telah mengumpulkan US$ 3,9 miliar untuk mendanai berbagai bidang di Asia-Pasifik yang di awali sejak tahun 2021. Mulai dari energi terbarukan hingga menara komunikasi.

Baca Juga: Survei SMRC: PDIP Naik, Nasdem, PPP dan PAN Terancam Tak Lolos ke Parlemen di 2024

Adapun invstasi yang dilakukan KKR mencakup perusahaan listrik di India dan Pinnacle Towers, produsen listrik dan operator telekomunikasi di Filipina.

Lebih lanjut, Lang bilang bahwa Singtel telah bekerja sama dengan mitra lokal yang dapat membantunya berekspansi di Asia Tenggara.

Penjualan 20% saham Sintel kepada KKR dapat menurunkan leverage sekitar 0,2x dan dapat mendukung kenaikan peringkat oleh Fitch dengan peringkat A serta prospek positif.

Dana tersebut bakal dialokasikan untuk pertumbuhan tetapi juga menunjukkan rekam jejak perusahaan telekomunikasi dalam memonetisasi aset untuk menjaga utang bersih terhadap EBITDA, termasuk dividen dari entitas di bawah 2x dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: BP Tapera Gandeng Pemprov Jabar Dorong ASN Miliki Rumah Pertama

Perusahaan-perusahaan ekuitas swasta global dalam beberapa tahun terakhir telah bergeser dari fokus pada pembelian saham menjadi rumah investasi dengan portofolio aset-aset alternatif seperti infrastruktur dan real estat.

Mereka menemukan penerima yang bersedia di antara pemerintah di Asia, yang membutuhkan modal swasta untuk membiayai bandara, jalan tol, dan utilitas.

Pasar pusat data regional diperkirakan akan tumbuh rata-rata 17% selama lima tahun ke depan, menarik investasi sebesar US$ 9 miliar hingga US$ 13 miliar selama periode tersebut.

Editor: Noverius Laoli