KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Donald Trump kembali menjadi sorotan setelah pernyataannya mengenai kunjungannya ke Gaza, wilayah yang telah mengalami kerusakan infrastruktur besar-besaran akibat konflik berkepanjangan antara Hamas dan Israel. Klaim ini memicu keraguan karena tidak ada bukti yang mendukung bahwa mantan presiden AS tersebut pernah mengunjungi Gaza. Meskipun demikian, Trump berkomentar bahwa Gaza memiliki potensi untuk menjadi kawasan yang lebih baik dari Monaco, jika dikembangkan dengan benar.
Pernyataan Trump Tentang Gaza
Dalam sebuah wawancara dengan Hugh Hewitt, Trump mengklaim bahwa ia pernah mengunjungi Gaza, wilayah yang digambarkannya sebagai lokasi terbaik di Timur Tengah dengan potensi pembangunan yang besar.
Baca Juga: 1 Tahun Perang Gaza dalam Hitungan Israel: Lebih dari 40.000 Target Dibom Trump berpendapat bahwa Gaza, dengan iklim dan lokasinya, bisa menjadi daerah yang "lebih baik dari Monaco" jika dibangun dengan baik. Ia menyebutkan bahwa sebelum terjadinya serangan dan konflik yang berkelanjutan, Gaza adalah tempat yang "kasar" namun memiliki potensi besar. Namun, klaim ini segera dipertanyakan oleh banyak pihak. Tidak ada catatan resmi yang menunjukkan bahwa Trump pernah mengunjungi Gaza, baik saat menjabat sebagai presiden maupun sebelumnya. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh komentar dari pejabat kampanye Trump yang menyebutkan bahwa "Gaza berada di Israel," pernyataan yang tidak akurat secara geografis dan historis.
Gaza dalam Geopolitik Timur Tengah
Gaza, sebuah wilayah pantai kecil yang berbatasan dengan Israel, Mesir, dan Laut Mediterania, merupakan salah satu wilayah paling berkonflik di dunia. Meskipun Trump menyiratkan bahwa Gaza adalah bagian dari Israel, kenyataannya Gaza tidak pernah menjadi bagian dari negara tersebut. Gaza telah menjadi wilayah otonom yang dikelola oleh Otoritas Palestina dan kemudian dikuasai oleh Hamas setelah pemilu 2006. Israel menarik para pemukim Yahudi dari Gaza pada tahun 2005 sebagai bagian dari rencana pelepasan disengaja yang dipimpin oleh Perdana Menteri Ariel Sharon.
Baca Juga: Militer Israel Kerahkan Divisi Keempat dalam Serangan Darat di Lebanon Dalam beberapa dekade terakhir, Gaza telah menjadi pusat konflik berkepanjangan antara Hamas, kelompok militan yang menguasai wilayah tersebut, dan Israel. Serangan udara, tembakan roket, serta bentrokan militer telah menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa yang signifikan di kedua belah pihak. Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang Israel dan mengambil sekitar 250 sandera, Israel telah melancarkan serangkaian serangan balasan yang telah menewaskan lebih dari 41.000 orang Palestina.
Kritik Terhadap Klaim Trump
Pernyataan Trump mengenai kunjungannya ke Gaza telah menimbulkan keraguan di kalangan pengamat politik dan media. The New York Times melaporkan bahwa tidak ada bukti Trump pernah mengunjungi wilayah tersebut, baik selama masa jabatannya maupun sebelumnya. Pejabat kampanye Trump menolak memberikan rincian lebih lanjut mengenai waktu atau alasan kunjungannya ke Gaza, yang semakin menambah skeptisisme publik. Komentar Trump tentang Gaza juga mengingatkan publik pada pernyataan kontroversial serupa yang pernah dibuat oleh Jared Kushner, menantunya, yang juga merupakan utusan Timur Tengah selama pemerintahan Trump. Pada masanya, Kushner menyebut properti tepi pantai di Gaza sebagai "sangat berharga" dan menyarankan agar Israel membersihkan penduduk sipil dari wilayah tersebut.
Baca Juga: Israel Melancarkan Gelombang Serangan Udara yang Intens di 120 Lokasi di Lebanon Penekanan pada Dukungan Israel dalam Kampanye
Sikap Trump yang sangat mendukung Israel telah menjadi salah satu pilar kampanye presidennya. Selama masa jabatannya, Trump secara konsisten memberikan dukungan diplomatik dan militer yang kuat kepada Israel, termasuk memindahkan kedutaan AS ke Yerusalem pada tahun 2018, sebuah langkah kontroversial yang memicu kemarahan di seluruh dunia Arab. Namun, dukungannya terhadap Israel juga dikritik karena beberapa pernyataannya yang dinilai antisemit, seperti ketika ia menyatakan bahwa kekalahan dalam pemilihan akan banyak berhubungan dengan pemilih Yahudi. Meskipun demikian, Trump berulang kali menyatakan bahwa antisemitisme di AS hanya ada di Partai Demokrat, meskipun fakta menunjukkan bahwa pada tahun 2022, ia menjamu Nick Fuentes, seorang nasionalis kulit putih yang pernah menyangkal Holocaust, di klub Mar-a-Lago miliknya, bersama dengan rapper Kanye West yang juga pernah dituduh membuat pernyataan antisemit.
Editor: Handoyo .