Klaim pengangguran naik, Dow Jones dan S&P kian terkapar



NEW YORK. Naiknya angka klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) memicu anjloknya bursa saham AS. Sentimen negatif pasar juga disebabkan bertambahnya defisit perdagangan AS, dan perlambatan pertumbuhan ekspor China.
Akibatnya, indeks Standard & Poor's 500 terbenam ke level terendahnya sejak Januari, setelah ditutup jatuh 1,9% ke 1.295,11 pada pukul 4 sore waktu New York. Tidak berbeda jauh, Dow Jones Industrial Average juga tergelincir 1,9% ke level 11.984,61. Ini penurunan terbesarnya sejak 11 Agustus silam.

Semalam, AS merilis angka klaim pengangguran sepekan yang berakhir 5 September naik 26.000 menjadi 397.000. Jumlah ini melampaui perkiraan pasar yang memprediksi hanya naik menjadi 376.000. Secara terpisah, Departemen Perdagangan AS mengatakan, defisit perdagangan barang dan jasa meningkat 15% menjadi US$ 46,3 miliar pada Januari. Hal ini disebabkan lonjakan impor terutama akibat tingginya harga minyak.

Sebelumnya, sentimen pasar sudah tertekan dengan kabar dari China yang menyatakan defisit perdagangannya mencapai uS$ 7,3 miliar. Ini yang terbesar dalam tujuh tahun terakhir, karena upaya percepatan apresiasi yuan. Tumbangnya pasar saham AS juga mengikuti anjloknya bursa Eropa akibat pemangkasan peringkat utang Spanyol menjadi AA2 oleh Moody's Investors Service.


Beberapa saham yang menyeret jatuh indeks saham AS, di antaranya Caterpillar Inc dan United Technologies Corp. yang merosot sedikitnya 2,3%. Saham Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp juga tumbang lebih dari 2,9% seiring turunnya harga minyak mentah hingga mencapai US$ 102,7 per barel di pasar New York. Pasar cemas permintaan bahan bakar akan menurun.

Kepala strategi investasi Wells Capital Management James Paulsen menyebut, ada begitu banyak ketidakpastian yang menyebabkan sulit untuk mengangkat pasar. Klaim pengangguran yang kembali menanjak, memburuknya defisit perdagangan, dan krisis Timur Tengah yang memicu ketidakpastian pada harga minyak, membuat keadaan menjadi lebih buruk. "Pemangkasan peringkat Spanyol mengindikasikan krisis di Eropa mungkin belum berakhir," ujarnya.

Tommy Huie presiden dan kepala investasi M&I Investment Management menilai, saat ini tidak ada investor yang bersedia untuk melakukan transaksi besar di pasar. "Investor akan menunggu dan melihat selama satu atau dua pekan ke depan, untuk memikirkan kembali strategi mereka," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can