Klaim Tinggi Membayangi, Bisnis Asuransi Kredit Perlu Berbenah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lini bisnis asuransi kredit menjadi salah satu bisnis yang sedang tidak baik-baik saja di industri asuransi umum. Ini tercermin dari jumlah klaim dari asuransi kredit yang terus meningkat.

Sepanjang 2022, klaim asuransi kredit menjadi yang paling tinggi peningkatannya sekaligus paling besar kontribusinya. Kenaikan klaim asuransi kredit di periode tersebut sebesar 65,3% dan mencapai Rp 12,61 triliun.

Ketua Departemen Statistik Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AUUI) Esti Handayani mengungkapkan bahwa klaim tersebut masih akan naik, mengingat risiko kredit yang sudah diasuransikan juga sudah banyak.


Ia menegaskan bahwa satu-satunya cara yang perlu dilakukan adalah berbenah sesuai dengan isyarat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa kali. Terutama, terkait tarif premi dari asuransi kredit ini.

Baca Juga: Sequis Financial Targetkan Bisnis Asuransi Jiwa Kredit Tumbuh 200% pada 2023

“Karena memang perhitungan harga dari asuransi kredit seharusnya menggunakan tipe asuransi yang lain,” ujarnya.

Dengan pembenahan yang harus banyak dilakukan, ia tidak yakin bahwa premi dari bisnis asuransi kredit ini masih akan tumbuh di tahun ini. Namun, secara tarif, ia melihat harus naik.

Bahkan, Esti mengungkapkan bahwa saat ini perusahaan reasuransi lokal sudah mulai menyeleksi untuk premi asuransi kredit baru. Sehingga, kini mau tidak mau memakai perusahaan reasuransi dari luar yang tentunya tarif lebih mahal.

Jika dilihat dari rasio klaim asuransi kredit yang dibayar terhadap premi asuransi kredit yang dicatat memang tergolong besar dengan mencapai 88,2% untuk sepanjang 2022 ini. Bahkan, kalau dilihat dari kuartal IV/2022 saja, rasio klaimnya sudah melebihi 100%.

Meskipun demikian, Direktur Utama Asuransi Simas Insurtech Teguh Aria Djana mengungkapkan lini bisnis asuransi kredit masih tergolong aman. Alasannya, pihaknya hanya menerima kredit fintech lending yang tenornya pendek.

Claim ratio kita di kisaran 70%,” ujar Teguh.

Meskipun demikian, dia menegaskan bahwa pihaknya tetap selektif walau hanya memberikan asuransi kredit untuk fintech lending. Terlebih, akhir-akhir ini kabar fintech lending memiliki kredit macet semakin terdengar.

“harus benar-benar tahu model bisnis fintech lending ini seperti apa,” tambahnya.

Teguh optimis untuk tahun ini premi yang didapat dari asuransi kredit masih bisa mencapai Rp 500 miliar. Dimana, pada sepanjang tahun 2022, premi dari bisnis ini mencapai Rp 420 miliar.

Baca Juga: PLN Insurance Kantongi Peringkat idBBB+ dari Pefindo

Optimisme tersebut dikarenakan ada akun-akun baru yang membeli produk asuransi kredit di Simas Insurtech.

“Kuartal 1 ini ada beberapa prospek sedang dalam pembicaraan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama Askrindo Priyastomo melihat bahwa tahun ini pihaknya masih akan melihat kenaikan klaim asuransi kredit. Dimana, mayoritas klaim tersebut berasal dari penyaluran KUR.

Menurutnya, salah satu penyebab kenaikan klaim tahun ini masih berasal dari Covid-19 karena sifat asuransi kredit yang jangka panjang. Tahun lalu, Askrindo telah membayar klaim asuransi kredit senilai Rp 2 triliun.

Impact (Covid-19) dari 2021 atau 2020 bisa jadi ber-impact-nya sekarang atau tahun kemarin,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi